Kamis, 28 Oktober 2010

TEKNOLOGI BUDIDAYA TANAMAN MANGGA

TEKNOLOGI BUDIDAYA

TANAMAN MANGGA

Disusun oleh

KELOMPOK : 6

Anditya sidiq (H0708073)

Ferdian A.A.T (H0708099)

Irani (H0708117)

Lintang C.J (H0708123)

Gunawan A.W (H0708168)

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2010

I. PENDAHULUAN

Mangga atau mempelam adalah nama sejenis buah, demikian pula nama pohonnya. Mangga termasuk ke dalam marga Mangifera, yang terdiri dari 35-40 anggota, dan suku Anacardiaceae. Nama ilmiahnya adalah Mangifera indica. Pohon mangga termasuk tumbuhan tingkat tinggi yang struktur batangnya (habitus) termasuk kelompok arboreus, yaitu tumbuhan berkayu yang mempunyai tinggi batang lebih dari 5 m. Mangga bisa mencapai tinggi 10-40 m.

Nama buah ini berasal dari Tamil maankaay. Kata ini dipadankan dalam bahasa Indonesia menjadi mangga; dan pada pihak lain, kata ini dibawa ke Eropa oleh orang-orang Portugis dan diserap menjadi manga (bahasa Portugis), mango (bahasa Inggris) dan lain-lain. Nama ilmiahnya sendiri kira-kira mengandung arti “(pohon) yang berbuah mangga, berasal dari India”.

Berasal dari sekitar perbatasan India dengan Burma, mangga telah menyebar ke Asia Tenggara sekurangnya semenjak 1500 tahun yang silam. Buah ini dikenal pula dalam berbagai bahasa daerah, seperti pelem atau poh (Jw.).

Gbr 1.1 Pohon mangga tua di tengah kota

Gbr 1.2 Bunga mangga yang berkarang

Pohon mangga berperawakan besar, dapat mencapai tinggi 40 m atau lebih, meski kebanyakan mangga peliharaan hanya sekitar 10 m atau kurang. Batang mangga tegak, bercabang agak kuat; dengan daun-daun lebat membentuk tajuk yang indah berbentuk kubah, oval atau memanjang, dengan diameter sampai 10 m. Kulit batangnya tebal dan kasar dengan banyak celah-celah kecil dan sisik-sisik bekas tangkai daun. Warna pepagan (kulit batang) yang sudah tua biasanya coklat keabuan, kelabu tua sampai hampir hitam.

Mangga berakar tunggang yang bercabang-cabang, sangat panjang hingga bisa mencapai 6 m. Akar cabang makin ke bawah semakin sedikit, paling banyak akar cabang pada kedalaman lebih kurang 30-60 cm.

Daun tunggal, dengan letak tersebar, tanpa daun penumpu. Panjang tangkai daun bervariasi dari 1,25-12,5 cm, bagian pangkalnya membesar dan pada sisi sebelah atas ada alurnya. Aturan letak daun pada batang biasanya 3/8, tetapi makin mendekati ujung, letaknya makin berdekatan sehingga nampaknya seperti dalam lingkaran (roset).

Helai daun bervariasi namun kebanyakan berbentuk jorong sampai lanset, 2-10 × 8-40 cm, agak liat seperti kulit, hijau tua berkilap, berpangkal melancip dengan tepi daun bergelombang dan ujung meluncip, dengan 12-30 tulang daun sekunder. Beberapa variasi bentuk daun mangga:

· Lonjong dan ujungnya seperti mata tombak.

· Berbentuk bulat telur, ujungnya runcing seperti mata tombak.

· Berbentuk segi empat, tetapi ujungnya runcing.

· Berbentuk segi empat, ujungnya membulat.

Daun yang masih muda biasanya bewarna kemerahan, keunguan atau kekuningan yang di kemudian hari akan berubah pada bagian permukaan sebelah atas menjadi hijau mengkilat, sedangkan bagian permukaan bawah berwarna hijau muda. Umur daun bisa mencapai 1 tahun atau lebih.

Berumah satu (monoecious), bunga mangga merupakan bunga majemuk yang berkarang dalam malai bercabang banyak di ujung ranting. Karangan bunga biasanya berbulu, tetapi sebagian ada juga yang gundul, kuning kehijauan, sampai 40 cm panjangnya. Bunga majemuk ini terdiri dari sumbu utama yang mempunyai banyak cabang utama. Setiap cabang utama ini mempunyai banyak cabang-cabang, yakni cabang kedua. Ada kemungkinan cabang bunga kedua ini mempunyai suatu kelompok yang terdiri dari 3 bunga atau mempunyai cabang tiga. Setiap kelompok tiga bunga terdiri dari tiga kuntum bunga dan setiap kuntum bertangkai pendek dengan daun kecil. Jumlah bunga pada setiap bunga majemuk bisa mencapai 1000-6000.

Bunga-bunga dalam karangan berkelamin campuran, ada yang jantan dan ada pula yang hermafrodit (berkelamin dua). Besarnya bunga lebih kurang 6-8 mm. Bunga jantan lebih banyak daripada bunga hermafrodit, dan jumlah bunga hermafrodit inilah yang menentukan terbentuknya buah. Persentase bunga hermafrodit bermacam-macam, tergantung dari varietasnya, yaitu antara 1,25%-77,9%; sementara yang mempunyai bakal buah normal kira-kira 5-10%.

Bunga mangga biasanya bertangkai pendek, jarang sekali yang bertangkai panjang, dan berbau harum. Kelopak bunga biasanya bertaju 5; demikian juga mahkota bunga terdiri dari 5 daun bunga, tetapi kadang-kadang ada yang 4 sampai 8. Warnanya kuning pucat, sedangkan pada bagian tengah terdapat garis timbul berjumlah 3 sampai 5 yang warnanya sedikit tua. Bagian tepi daun mahkota berwarna putih. Pada waktu akan layu, warna mahkota bunga tadi menjadi kemerahan.

Benang sari berjumlah 5 buah, tetapi yang subur hanya satu atau dua buah sedangkan yang lainnya steril. Benang sari yang subur biasanya hampir sama panjang dengan putik, yakni kira-kira 2 mm, sedangkan yang steril lebih pendek. Kepala putik berwarna kemerah-merahan dan akan berubah warna menjadi ungu pada waktu kepala sari membuka untuk memberi kesempatan kepada tepung sari yang telah dewasa untuk menyerbuki kepala putik. Bentuk tepung sari biasanya bulat panjang, lebih kurang 20-35 mikron.

Bakal buahnya tidak bertangkai dan terdapat dalam suatu ruangan, serta terletak pada suatu piringan. Tangkai putik mulai dari tepi bakal buah dan ujungnya terdapat kepala putik yang bentuknya sederhana. Dalam suatu bunga kadang-kadang terdapat tiga bakal buah.

Buah mangga termasuk kelompok buah batu (drupa) yang berdaging, dengan ukuran dan bentuk yang sangat berubah-ubah bergantung pada macamnya, mulai dari bulat (misalnya mangga gedong), bulat telur (gadung, indramayu, arumanis) hingga lonjong memanjang (mangga golek). Panjang buah kira-kira 2,5-30 cm. Pada bagian ujung buah, ada bagian yang runcing yang disebut paruh. Di atas paruh ada bagian yang membengkok yang disebut sinus, yang dilanjutkan ke bagian perut.

Kulit buah agak tebal berbintik-bintik kelenjar; hijau, kekuningan atau kemerahan bila masak. Daging buah jika masak berwarna merah jingga, kuning atau krem, berserabut atau tidak, manis sampai masam dengan banyak air dan berbau kuat sampai lemah. Biji berwarna putih, gepeng memanjang tertutup endokarp yang tebal, mengayu dan berserat. Biji ini terdiri dari dua keping; ada yang monoembrional dan ada pula yang poliembrional.

Mangga terutama ditanam untuk buahnya. Buah yang matang umum dimakan dalam keadaan segar, sebagai buah meja atau campuran es, dalam bentuk irisan atau diblender. Buah yang muda kerapkali dirujak, atau dijajakan di tepi jalan setelah dikupas, dibelah-belah dan dilengkapi bumbu garam dengan cabai. Buah mangga juga diolah sebagai manisan, irisan buah kering, dikalengkan dan lain-lain. Di pelbagai daerah di Indonesia, mangga (tua atau muda) yang masam kerap dijadikan campuran sambal atau masakan ikan dan daging.

Biji mangga dapat dijadikan pakan ternak atau unggas. Di India bahkan dijadikan bahan pangan di masa paceklik. Daun mudanya dilalap atau dijadikan sayuran. Kayu mangga cukup kuat, keras dan mudah dikerjakan namun kurang awet untuk penggunaan di luar. Kayu ini juga dapat dijadikan arang yang baik.

Daun mangga mengandung senyawa organik tarakserol-3beta dan ekstrak etil asetat yang bersinergis dengan insulin mengaktivasi GLUT4, dan menstimulasi sintesis glikogen, sehingga dapat menurunkan gejala hiperglisemia.

Mangga terutama dihasilkan oleh negara-negara India, Tiongkok, Meksiko, Thailand, Pakistan, Indonesia, Brasil, Filipina, dan Bangladesh. Total produksi dunia di tahun ‘80an sekitar 15 juta ton, namun hanya sekitar 90.000 ton (1985) yang diperdagangkan di tingkat dunia. Artinya, sebagian besar mangga dikonsumsi secara lokal. Sementara itu pasar utama mangga adalah Asia Tenggara, Eropa, Amerika Serikat dan Jepang. Singapura, Hong Kong dan Jepang merupakan pengimpor yang terbesar di Asia. Gambaran produksi mangga tahun 2007 dapat dilihat pada tabel di bawah.


II. ISI

1. Prospek budidaya mangga

Tanaman buah-buahan merupakan salah satu kelompok komoditas pertanian yang dapat di tanam di lahan kering maupun lahan basah. Di Indonesia, terdapat berbagai macam jenis buah-buahan, namun pada dasarnya dapat dibedakan menjadi dua kelompok sesuai dengan persyaratan tumbuhnya, yaitu kelompok buah-buahan subtropis seperti apel dan pir dan kelompok buah-buahan tropis seperti mangga, durian dan salak

(Sunaryono, 2000).

Mangga merupakan buah-buahan yang mempunyai nilai ekonomis tinggi mempunyai peranan penting dalam peningkatan kesejahteraan petani, peningkatan kesempatan kerja, perbaikan gizi masyarakat dan peningkatan devisa. Olehnya itu, pengembangan komoditi mangga perlu ditingkatkan untuk memenuhi permintaan yang semakin besar baik untukpasar domestic maupun pasar luar negeri.

Di Sulawesi Selatan, banyak jenis buah-buahan yang dapat tumbuh dan berproduksi baik sesuai dengan agroekologinya.. Potensi areal pengembangan mangga di daerah ini cukup luas yaitu 561.430 ha atau sekitar 9,5% dari luas provinsi. Berdasarkan perwilayahan Komoditas di Sul-Sel, kabupaten yang sesuai untuk pengembangan mangga antara lain kabupaten Takalar, Jeneponto, Bantaeng, Bulukumba, Wajo, Bone dan Mamuju. Sementara di Jawa sendiri terdapat sentra sentra produksi mangga dengan areal yang cukup luas.

Dalam upaya memenuhi permintaan buah mangga yang makin meningkat, peningkatan produksi komoditas tersebut juga perlu ditingkatkan, baik melalui peningkatan luas panen maupun peningkatan produktivitas tanaman. Namun upaya tersebut dihadapkan kepada beberapa masalah utama yaitu masih sulit untuk meningkatkan produktivitas tanaman mendekati potensi hasilnya. Penyebabnya adalah cara budidaya yang belum optimal dan serangan hama dan penyakit utama atau organisma pengganggu tumbuhan (OPT).

Akhir-akhir ini, terdapat kecenderungan di mana konsumen menghendaki produk-produk buah-buahan yang bebas pestisida sehingga strategi pengendalian OPT memerlukan pendekatan khusus agar dampak negatif penggunaan pestisida terhadap konsumen dapat diminimalkan. Bentuk pendekatan yang dapat dilakukan dalam pengendalian OPT dapat berupa cara fisik, biologis dan cara budidaya. Pendekatan secara budidaya dianggap sebagai cara yang paling aman karena upaya ini selalu mengusahakan terbentuknya tanaman sehat dan lebih tahan terhadap OPT (Ishak, 2002).

2. Budidaya

Budidaya tanaman mangga

a. Pembibitan

1) Perbanyakan dengan Biji

a) Biji dipilih dari tanaman yang sehat, kuat dan buahnya berkualitas. Biji dikeringanginkan dan kulitnya dibuang.

b) Siapkan kotak persemaian ukuran 100 x 50 x 20 cm3 dengan media tanah kebun dan pupuk kandang (1:1), biji ditanam pada jarak 10-20 cm. Dapat pula mangga disemai dikebun dengan jarak tanam 30 x 40 atau 40 x 40 cm di atas tanah yang gembur. Persemaian diberi naungan dari plastik/sisa-sisa tanaman, tetapi jangan sampai udara di dalam persemaian menjadi terlalu lembab. Biji ditanam dengan perut ke arah bawah supaya akar tidak bengkok. Selama penyemaian, bibit tidak boleh kekurangan air. Pada umur 2 minggu bibit akan berkecambah. Jika dari 1 biji terdapat lebih dari 1 anakan, sisakan hanya satu yang benar-benar kuat dan baik. Bibit di kotak persemaian harus dipindahtanamkan ke dalam polybag jika tingginya sudah mencapai 25-30 cm. Seleksi bibit dilakukan pada umur 4 bulan, bibit yang lemah dan tumbuh abnormal dibuang. Pindahtanam ke kebun dilakukan jika bibit telah berumur 6 bulan.

2) Okulasi

Perbanyakan terbaik adalah dengan okulasi (penempelan tunas dari batang atas yang buahnya berkualitas ke batang bawah yang struktur akar dan tanamannya kuat). Batang bawah untuk okulasi adalam bibit di persemaian yang sudah berumur 9-12 bulan. Setelah penempelan, stump (tanaman hasil okulasi) dipindahkan ke kebun pada umur 1,5 tahun. Okulasi dilakukan di musim kemarau agar bagian yang ditempel tidak busuk.

3) Pencangkokan

Batang yang akan dicangkok memiliki diameter 2,5 cm dan berasal dari tanaman berumur 1 tahun. Panjang sayatan cangkok adalah 5 cm. Setelah sayatan diberi tanah dan pupuk kandang (1:1), lalu dibungkus dengan plastik atau sabut kelapa.

b. Pengolahan Media Tanam

1) Persiapan

Penetapan areal untuk perkebunan mangga harus memperhatikan faktor kemudahan transportasi dan sumber air.

2) Pembukaan Lahan

a) Membongkar tanaman yang tidak diperlukan dan mematikan alang alang serta menghilangkan rumput-rumput liar dan perdu dari areal tanam.

b) Membajak tanah untuk menghilangkan bongkahan tanah yang terlalu besar.

3) Pengaturan Jarak Tanam

Pada tanah yang kurang subur, jarak tanam dirapatkan sedangkan pada tanah subur, jarak tanam lebih renggang. Jarak tanam standar adalah 10 m dan diatur dengan cara:

a) segi tiga sama kaki.

b) diagonal.

c) bujur sangkar (segi empat).

c. Teknik Penanaman

1) Pembuatan Lubang Tanam

Lubang tanam dibuat dengan panjang, lebar dan kedalaman 100 cm. Pada waktu penggalian, galian tanah sampai kedalaman 50 cm dipisahkan dengan galian dari kedalaman 50-100 cm. Tanah galian bagian dalam dicampur dengan pupuk kandang lalu dikeringanginkan beberapa hari. Masukkan tanah galian bagian atas, diikuti tanah galian bagian bawah. Pembuatan lubang tanam dilakukan pada musim kemarau.

2) Cara Penanaman

Lubang tanam yang telah ditimbun digali kembali dengan ukuran panjang dan lebar 60 cm pada kedalaman 30 cm, taburi lubang dengan furadan 10-25 gram. Polibag bibit digunting sampai ke bawah, masukkan bibit beserta tanahnya dan masukkan kembali tanah galian sampai membentuk guludan. Tekan tanah di sekitar batang dan pasang kayu penyangga tanaman.

3) Penanaman Pohon Pelindung

Pohon pelindung ditanam untuk menahan hembusan angin yang kuat. Jenis yang biasa dipakai adalah pohon asam atau trembesi.

d. Pemeliharaan Tanaman

1) Penyiangan

Penyiangan tidak dapat dilakukan sembarangan, rumput/gulma yang telah dicabut dapat dibenamkan atau dibuang ke tempat lain agar tidak tumbuh lagi. Penyiangan juga biasa dilakukan pada waktu penggemburan dan pemupukan.

2) Penggemburan/Pembubunan

Tanah yang padat dan tidak ditumbuhi rumput di sekitar pangkal batang perlu digemburkan, biasanya pada awal musim hujan. Penggemburan tanah di kebun mangga cangkokan jangan dilakukan terlalu dalam.

3) Perempelan/Pemangkasan

Pemangkasan bertujuan untuk membentuk kanopi yang baik dan meningkatkan produksi. Ketika tanaman telah mulai bertunas perlu dilakukan pemangkasan tunas agar dalam satu cabang hanya terdapat 3–4 tunas saja. Tunas yang dipilih jangan terletak sama tinggi dan berada pada sisi yang berbeda. Tunas dipelihara selama kurang lebih 1 tahun saat tunas-tunas baru tumbuh kembali. Pada saat ini dilakukan pemangkasan kedua dengan meninggalkan 2-3 tunas. Pemangkasan ketiga, 1 tahun kemudian, dilakukan dengan cara yang sama dengan pemangkasan ke-2.

4) Pemupukan

a. Pupuk organik

1. Umur tanaman 1-2 tahun: 10 kg pupuk kandang, 5 kg pupuk kandang.

2. Umur tanaman 2,5–8 tahun: 0,5 kg tepung tulang, 2,5 kg abu.

3. Umur tanaman 9 tahun: tepung tulang dapat diganti pupuk kimia SP-36, 50 kg pupuk kandang, 15 kg abu.

4. Umur tanaman > 10 tahun: 100 kg pupuk kandang, 50 kg tepung tulang, 15 kg abu. Pupuk kandang yang dipakai adalah pupuk yang sudah tercampur dengan tanah. Pemberian pupuk dilakukan di dalam parit keliling pohon sedalam setengah mata cangkul (5 cm).

b. Pupuk anorganik

1. Umur tanaman 1-2 bulan : NPK (10-10-20) 100 gram/tanaman.

2. Umur tanaman 1,5-2 tahun: NPK (10-10-20) 1.000 kg/tanaman.

3. Tanaman sebelum berbunga: ZA 1.750 gram/tanaman, KCl 1.080gram/tanaman.

4. Tanaman waktu berbunga : ZA 1.380 gram/tanaman, Di kalsium fosfat 970 gram/tanaman, KCl 970 gram/tanaman.

5. Tanaman setelah panen: ZA 2700 gram/tanaman, Di kalsium fosfat 1.940 gram/tanaman, KCl 1.940 gram/tanaman.

6. Peningkatan Kuantitas Buah Dari sejumlah besar bunga yang muncul hanya 0,3% yang dapat menjadi buah yang dapat dipetik. Untuk meningkatkan persentase ini dapat disemprotkan polinator maru atau menyemprotkan serbuk sari diikuti pemberian 300 ppm hormon giberelin. Dengan cara ini, persentase pembentukan buah yang dapat dipanen dapat ditingkatkan menjadi 1,3%.

3. INOVASI BUDIDAYA MANGGA

Tehnik Memproduksi Mangga di luar musim

Di Thailand, buah mangga segar tersedia sepanjang tahun. Hal ini bisa terjadi karena penerapan metode atau tehnologi modern produksi buah di luar musim melalui pengaturan waktu induksi bunga disertai dengan pengendalian hama penayakit, pembrongsongan buah, serta pemberian air dan pupuk secara seimbang. Sebelumnya musim panen mangga secara alami hanya terjadi pada bulan April sampai Mei. Dengan tehnologi produksi diluar musim, mangga dapat di produksi dari januari sampai desember. Di Indonesia mulai dikembangkan mangga diluar musim misalnya di Majalengka, tanaman mangga dapat dipanen selama 9 bulan berturut-turut. Untuk membuat tanaman mangga yang dapat dipanen diluar musim ini perlu adanya input dari pengusaha tanaman ini. Input ini dapat berupa ZPT maupun zat kimia lain.

Beberapa contoh input yang dibutuhkan untuk membuat tanman mangga yang dapat dipanen diluar musim adalah :

a. Paklobutrazol

Tehnik produksi mangga diluar musim yang paling umum digunakan adalah dengan pemberian paklobutrazol diikuti dengan penyemprotan zat pemecah dormansi. Pada perkebunan mangga skala komersil, ada kecenderungan bahwa pemakaian paklobutrazol sudah merupakan bagian dari kegiatan yang bersifat rutin.

Induksi pembungaan mangga terjadi 2-3 bulan setelah perlakuan paklobutrazol, tergantung varietasnya. Perlakuan paklobutrazol pada mangga gadung 21 menyebabkan pembungaan terjadi 2 bulan lebih cepat dari musim normalnya. Waktu masak buah semakin cepat dan kekerasan buah semakin berkurang dengan semakin meningkatnya takaran paklobutrazol. Hasil per poho meningkat 59 %, tetapi ukuran buah rata-rata menurun. Kandungan vitamin C meningkat tetapi pH dan total padatan terlarut tidak berubah (Purnomo dan Prahardini, 1989).

Menurut Yos cara yang paling ampuh memacu keluarnya bunga ialah bahan aktif paklobutrazol. Itu karena mangga tergolong tanaman terminal alias berbunga di ujung. Paklobutrazol yang diberikan pada tanaman sehat 'melumpuhkan' titik tumbuh sehingga pertumbuhan daun baru terhambat. Padahal, fotosintesis tetap berlangsung sehingga rasio C/N pada tajuk tinggi. Akibatnya, setelah titik tumbuh pulih yang keluar calon bunga, bukan daun baru.

Sedangkan menurut Sobir paklobutrazol menghambat pertumbuhan sel meristem dan mendorong perkembangan ke arah induksi bunga melalui 2 cara. Yang pertama merubah keseimbangan hormon dengan menginduksi produksi etilen yang merangsang pembungaan. Yang kedua menekan laju pertumbuhan sehingga akumulasi nitrogen dikurangi. Dampaknya C/N rasio pada tajuk tinggi. Pengaturan waktu pemberian paklobutrazol itulah yang membuat panen mangga dapat diatur. Ada 4 hal yang harus diperhatikan sebelum memakai paklobutrazol: tanaman sehat, sudah pernah berbunga, pemangkasan, dan pemupukan.

Dari berbagai hasil penelitian yang telah dilakukan, dosis optimum paklobutrazol untuk menginduksi pembungaan mangga dan menekan pertumbuhan vegetatif tanpa merusak pohon berkisar antara 2,5-4 g bahan aktif/pohon atau setara dengan 10-16 cc cultar/ liter air / pohon. Perlakuan yang melebihi 20 cc cultar/liter air / pohon menyebabkan munculnya perubahan bentuk daun yang menandakan bahwa pada konsentrasi diatas 20 cc/ liter air /pohon terjadi efek negatif dari paklobutrazol.

Hasil penelitian Poerwanto, et al., (1997) menunjukkan bahwa paklobutrazol dengan dosis 0,05 g/pohon sudah cukup efektif untuk meninduksi pembungaan mangga gadung 21, tetapi diikuti dengan aplikasi zat pemecah dormansi 1 bulan setelah penyemprotan paklobutrazol. Paklobutrazol menyebabkan bungan terinduksi, tetapi di lain pihak juga menyebabkan munculnya calon tunas generatif. Pemberian zat pemecah dormansi yang diaplikasikan pada mata tunas setelah aplikasi paklobutrazol akan memecahkan tunas dorman dan memaksa tunas-tunas tersebut muncul. Dari beberapa jenis dan konsentrasi zat pemecah dormansi yang digunakan, yang efektif memecahkan tunas bunga dorman yang telah terinduksi oleh pemberian paklobutrazol adalah benzil adenin 0,10 g/liter, etefon 0,40 g/l dan KNO3 40 g/l. Karena harga benzil adenin mahal dan sulit larut dalam air, untuk tujuan komersil disarankan untuk menggunkan etefon. Benzil adenin adalah zat pengatur tumbuh kelompok sitokinin yang berfungsi meningkatkan laju pembelahan sel meristem pada mata tunas sehingga memacu perkembangan dan pertumbuhan tunas tersebut. Sedangkan etefon mampu memecah dormansi mata tunas generatif karena etilen yang dilepaskan dari hasil reaksinya dalam tanaman meningkatkan permeabilitas membran sel sehingga mempermudah gerakan molekul ke sitoplasma. Kemampuan KNO3 dalam memecah dormansi mungkin berhubungan dengan peran ion K+ dalam meningkatkan translokasi sukrosa, peningkatan laju transportasi sukrosa pada apoplas dari sel mesofil daun, peningkatan laju transportasi sukrosa pada aoplas dari sel mesofil daun, peningkatan pemuatan pada floem maupun pengaruh langsung dari peningkatan tekanan osmosis ( Marschner,1986).

Sobir PhD, peneliti di Pusat Kajian Buah Tropis (PKBT) Bogor, mengingatkan untuk selalu hati-hati dalam menggunakan paklobutrazol. Pemberian salah menyebabkan tanaman kerdil dan merana. Contohnya yang dialami tanaman mangga yang menggunakan zat perangsang berbahan aktif paklobutrazol setiap minggu selama 2 bulan. Dosisnya 6-10 cc/l. Paklobutrazol disemprotkan ke seluruh tajuk tanaman dan dikocorkan di sekitar batang. Akibatnya bunga tumbuh menggerombol dan buah rontok ketika masih pentil.

Menurut Hendro Soenarjono, malai bunga memendek dan kuntum bunga yang tumbuh bergerombol menandakan perkembangan bunga tertekan. Pakar buah di Bogor itu menduga dosis zat perangsang yang diberikan terlalu tinggi. Padahal dengan dosis 6-10 cc/l, zat perangsang berbahan aktif paklobutrazol cukup diberikan 1 tahun sekali.

Paklobutrazol dapat diaplikasikan pada tanaman melalui 2 cara, yaitu dengan penyemprotan melalui daun (folliar spray) dan melalui tanah ( soil drenchhing ). Aplikasi lewat tanah lebih efektif dibanding lewat daun dan pengaruhnya dapat bertahan lebih lama. Aplikasi lewat daun akan efektif jika dilakukan beberapa kali penyemprotan dengan dosis rendah. Untuk mangga, pemberian melalui tanah dengan cara disiramkan disekitar pangkal pohon dilakukan pada tanaman yang sehat dan pucuknya tidak sedang menumbuhkan pucuk atau daun muda. Sedangkan zat pemecah dormansi disemprotkan melalui daun secara merata keseluruh permukaan tanaman satu bulan setelah pemberian paklobutrazol ( Subhadrabhandu dan Tongumpai, 1990).

Berdasarkan penelitian Roedhy pemberian paklobutrazol paling efektif dikocorkan di dekat batang atau tanah. 'Karena penyerapannya tidak hanya oleh bulu-bulu akar, tapi juga akar besar dan batang,' ujar doktor dari Ehime University, Jepang, itu. Sedangkan bila disemprotkan di pucuk, mata tunas, atau ke seluruh tajuk, paklobutrazol tidak terserap dengan baik. Bunga muncul lebih lama dan jumlahnya sedikit dibandingkan yang dikocorkan di batang.

Sebaiknya paklobutrazol diberikan pada tanaman yang sudah pernah berbunga. Tanaman yang pernah berbunga tanda sudah dewasa untuk berproduksi sehingga pertumbuhan bagus. Ambil contoh mangga dewasa yang bercabang banyak. Ketika pohon itu disemprot paklobutrazol, setiap cabang memunculkan bunga. Akibatnya, buah pun lebat.

b. Cyclosel

Selain paklobutrazol, ZPT yang lain adalah cyclosel. tetapi paklobutraol lebih efekif dibandingkan cyclosel dengan efek yang bisa bertahan sampai lebih dari satu tahun setelah perlakuan sementara retardan lain hanya mampu bertahan satu musim. Efek residu paklobutrazol pada mangga dilaporkan oleh Subhadrabandhu dan tongumpai (1990), bahwa mangga yang pada tahun pertama disemprot dengan 2 grm/ pohon kemudian pada tahun berikutnya disemprot lagi dengan 0,5;1,0;dan 1,5 gram/ pohon,dosis 0,5 dan 1,0 gram / pohon disamping menginduksi pembungaan juga meningkatkan prosentase tunas yang berbunga, sedangkan dosis 1,5 gram /pohon justru menghambat pembungaan mangga. Data tersebut menunjukan bahwa pemberian paklobutrazol secara terus-menerus akan berdampak buruk bagi pertumbuhan dan pembungaan berikutnya.

c. Kalium nitrat (KNO3)

Kalium nitrat (KNO3) juga dilaporkan dapat digunakan untuk merangsang produksi buah diluar musim. Keberhasilan penggunaan kalium nitrat dalam merangsang produksi buah diluar musim telah dilaporkan oleh efendi (1994) pada mangga. Di Philipina penggunaan kalium nitrat pada mangga telah dilakukan sejak tahun 1979. penemuan tersebut memungkinkan Philipina memproduksi buah mangga kultivar pico,carabao dan pahutan sepanjang tahun dan menghilangkan biennial bearing (Bondad,1990).

d. NAA (Naftalena Acetic Acid)

Zat pengatur tumbuh NAA (Naftalena Acetic Acid) juga dilaporkan dapat mempercepat pembungaan mangga. Pemberian dosis 25,50,dan 75 ppm dapat mempercepat tanaman berbungan 1-2 minggu dibandingkan dengan yang tidak diberi NAA. Frekwensi penyemprotan 1 minggu sekali selama 12 minggu.

e. TRIPTOPAN

beberapa larutan yang kaya protein itu mengandung berbagai macam jenis asam amino. Besar kemungkinan, di dalamnya terdapat triptopan, salah satu bentuk asam amino. Triptopan selama ini dikenal sebagai bahan dasar pembentuk zat pengatur tumbuh golongan auksin. 'Salah satu peranan fisiologis auksin merangsang pembentukan bunga bila kondisi memungkinkan,' ujar Wijaya.

f. Kombinasi auksin, sitolinin dan giberelin

Sebetulnya, pemberian zat perangsang tumbuh berupa kombinasi auksin, giberelin, dan sitokinin, pun dapat memacu pembungaan. 'Metabolisme tanaman meningkat sehingga laju fotosintesis bertambah, jumlah karbohidrat yang dihasilkan tentu meningkat,' kata Ir Edhi Sandra, dosen fisiologis tanaman di Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor. Syaratnya, jumlah nitrogen pada tajuk tanaman lebih kecil dari karbon. Kondisi itu mungkin terjadi bila tanaman mengalami masa kering sehingga pasokan nitrogen berkurang.

Itulah sebabnya, pada beberapa tanaman seperti jambu air, cukup dengan per-lakuan stres air tanaman terpacu keluar bunga. Namun, menurut Yos seringkali penggunaan zat pengatur tumbuh sintetis justru mempertahankan masa vegetatif tanaman. Artinya, alih-alih memunculkan bunga malah daun yang lebat. Itu karena sulitnya menentukan kombinasi tepat penggunaan auksin, sitokinin, dan giberelin.

Menurut Sobir, dalam jumlah tepat pemberian hormon mengubah keseimbangan hormonal yang menggeser fase vegetatif ke fase generatif. Sedangkan kekeringan menekan serapan air sehingga serapan nitrogen turun sehingga C/N rasio meningkat. Kekeringan pada tanaman pun merangsang tanaman memproduksi etilen. Produksi etilen endogen itu menginduksi pembungaan.


Penjarangan

Penjarangan adalah pembuangan buah yang kurang baik agar pertumbuhan buah yang baik optimal. Penjaranga buah berfungsi untuk memacu pertumbuhan buah. Kompetisi makanan antarbuah menjadi berkurang sehingga buah yang dihasilkan akan lebih besar dan memiliki warna tampilan yang lebih menarik. Penjarangan buah secara tidak langsung bisa mempertahanan produksi buah. Pada tanaman mangga yang tidak dilakukan penjarangan, produksi buah pada musim berikutnya akan turun. Hal ini memang bisa diakali dengan pemupukan yang lebih intensif. Namun, akan menambah biaya pemupukan.

Penjarangan buah bisa dilakukan dengan cara sebagai berikut,

1. Buah yang pertumbuhannya kurang baik dipetik. Misalnya, ukurang buah tidak normal, bentuk lurus atau tidak bengkok. Sisakan buah yang kondisinya mulus, serta tidak ada bekas serangan hama dan penyakit.

2. Jika dalam satu tangaki terdapat4-5buah, sebaiknya sisakan 2 buah mangga untuk satu jenisatau varietas mangga.

PENUTUP

SIMPULAN

Tanaman mangga adalah tanaman hortikultura yang bernilai ekonomis tinggi. Tanaman ini mengandung vitamin yang dibutuhkan oleh tubuh. Untuk meningkatkan pendapatan dari hasil tanaman mangga oleh petani dilakukan banyak inovasi seperti pembuatan mangga yang dapat panen diluar musim dan penjarangan. Pembuatan mangga yang dapat dipanen diluar musim dapat dilakukan dengan pemberian ZPT. Kemudian penjarangan adalah kegiatan mengeliminasi buah yang jelek yang bertujuan agar buah yang baik dapat tumbuh dengan optimal.

SARAN

Agar pertanian mangga dapat menghasilkan keuntungan lebih bagi petani dapat dilakukan berbagai strategi seperti pembuatan mangga yang panen diluar musim, penjarangan dan penanggulangan kerontokan. Hal ini dapat meningkatkan pendapatan petani sehingga pada akhirnya dapat meningkatkan kesejahteraan petani mangga.


DAFTAR PUSTAKA

Anonima. 2007. Zat Pengatur Tumbuh untuk Perangsang Bunga. http://www.godongijo.com/. Diakses pada tanggal 2 oktober 2010

Anonimb. 2010. Mangga. http://www.wikipedia.com/. Diakses pada tanggal 2 oktober 2010

Anonimc. 2010. Sembilan Bulan Petik Mangga http://www.trubusonline.co.id/mod.php?mod=publisher&op=viewarticle&cid Diakses pada tanggal 2 oktober 2010

Anonimd. 2010. Tehnik Memproduksi Mangga di luar musim .www.pondokiklan.com. Diakses pada tanggal 2 oktober 2010

Anonime. 2010.Rambu-rambu Zat Perangsang Bunga www. trubus-online.co.id Diakses pada tanggal 2 oktober 2010

Puslitbang Hortikultura. 1989. Mangga: Produksi Mangga di Indonesia. Puslitbang Hortikultura, Jakarta