Kamis, 28 Oktober 2010

LAPORAN KULIAH LAPANG AGROEKOSISTEM

LAPORAN KULIAH LAPANG

AGROEKOSISTEM

UNS

Disusun oleh;

Ferdian Adi Aris T

H0708099

Agt 2

Fakultas Pertanian

Universitas Sebelas Maret

Surakarta

2008




KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat, hidayah, kesabaran serta kesehatan yang telah diberikan-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan ini dengan baik dan lancar. Segala puji kepada Nabi Muhammad SAW yang telah memberikan suri tauladan dalam menjalani dan menyikapi kehidupan di dunia ini.

Penulis membahas mengenai macam-macam subsistem, karakteristik dan cara-cara penanganan setiap subsistem tersebut.

Penulis menyadarai bahwa dalam penulisan laporan ini masih terdapat banyak kekurangan, untuk itu penulis dengan besar hati menerima kritik dan saran yang membangun guna memberikan hasil yang terbaik bagi isi penulisan laporan ini. Penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada beberapa pihak yang telah membantu sehingga penulisan hukum ini dapat diselesaikan dengan lancar, kepada :

1. Para dosen pengampu mata kuliah Agroekosistem yang telah membimbing kami selama perkuliahan berlangsung.

2. Bapak dan ibu di rumah yang telah memberi dukungan secara matei atau spiritual, sehingga dapat menyelesaikan laporan ini.

3. Teman-teman yang telah membantu penulis dalam proses penyelesaian penulisan laporam ini dengan baik.

Kiranya cukup sekian, semoga penulisan laporan ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua, terutama untuk penulisan laporan selanjutnya, kalangan akademisi, praktisi, serta masyarakat umum.

Surakarta, Desember 2008

Penulis

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.......................................................................................... i

KATA PENGANTAR........................................................................................ ii

DAFTAR ISI....................................................................................................... iv

I. PENDAHULUAN.......................................................................................... 1

II. TINJAUAN PUSTAKA..................................................................................

III. HASIL DAN PEMBAHASAN...................................................................

IV. KESILPULAN.............................................................................................

V. DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................

I. PENDAHULUAN

Latar belakang

Agroekosistem adalah ilmu yang mempelajari mengenai hubunagan timbale balik antra factor biotic dan abiotik dalam lingkunngan pertanian untuk mendapatkan produksi yang maksimum. Secara teoritis kita semua tahu tentang pengertian agroekosistem, namun bagaimana hubunagan rganic balik itu?, bagai mana hubungan antarsubsistem dalam agroekosistem? , hal ini lah yang mendasari dilaksanakannya kuliah lapang pada beberapa lokasi itu.

Selain itu kita sebagai rgani pertanian kadang kurang mengetahui jenis-jenis tanaman yang berguna bagi kemaslahatan umat manusia. Jadi kuliah lapang ini juga diadakan agar mahasiswa dapat menambah pengetahuan mengenai jenis-jenis tanaman dan bagimana keadaan yang cocok untuk tanaman tersebut.

Kebanyakan pertanian yang kita miliki sekarang ini merupakan pertanian dengan system terbuka artinya memebutuhkan input dari luar untuk menunjang ke eksisannya yang biasanya inputnya bahan kimia, jadi dapat disimpulkan bahwa pertanian kita selama ini tidak sehat dan tidak ramah lingkungan yang dapat berdampak pada konsumaen dan lingkungandari tumbuhan tersebut. Jadi dari pengetahuan yang didapat dari kuliah lapang ini kesadaran akan pentingnya pertanian ya berwawasan lingkungan akan semakin tinggi.

Selain itu kita kebanyakan hanya mengetahui bentuk jadi dari pertanian, belum mengerti tentang bagaimana proses menjadi hasil dari pertanian missal suplai apa saja yang diberikan agar tanaman dapat tumbuh subur. Dalam kuliah lapang kali ini akan diperlihatkan beberapa ekosisitem pertanian dan dapat diperuksa keadaan masisng-masing agar dapat mengetahui suplai apa saja yang cocok untuk tanaman tersebut.

Maksud dan tujuan

Maksud dan tujuan diadakannya kuliah lapang ini adalah agar mahasisiwa tahu secara teoritis mauoun praktis mengenai apa itu agroekosisitem dan apasaja yang terjadi dalam agroekosisitem, hubungan antar system, subsistem dan lain lain.

Selain itu dengan adanya kuliah lapang dapat membuaka mata kita tentang pertannian kita baik sisi baik maupun buruknya agar kita penerus pertanian bangsa dapat menemukan cara terbaik untuk pertania kita agar dapat menuju pertanian yang maju dan dapat menunjang keterseiaan panagan seluruh warga Negara.

Kemudian pada kuliah lapang kita dapat melihat alam pertanian kita yang indah sehingga dengan pengelihatan mata kita yang disrtai pengelihatan hati kita kita akan berhati-hati dalam mengelola pertanian kita agar tidak merusak leindahan lingkungan kita sehingga terjadilah petanian berwawasan lingkungan.

II. TINJAUAN PUSTAKA

Lapangan produksi ada bermacam – macam antara lain adalah lahan terbuka yang terdiri dari beberapa sub rgani anatara lain sawah, tegalan, kebun buah, kebun sayur. Sawah sendiri terdiri dari beberapa macam, antara lain adalahsawah berpengairan teknis, setengah teknis dan tadah hujan. Perbedaan antara sawah dan tegalan adalah; di lokasi sawah, terdapat pematang namun pada tegalan tidak ditemukan pematang (Supriyono, 2002)

Di dalam ekosistem ada aliran energi satu arah dari sinar matahari, ada input bahan / material dan hara / nutrient, siklus serta penyimpanan / storage bahan dan hara. Di sisi lain, energi keluar system berupa panas dan juga bahan yang di eksport. Di dalam system ada rganic umpan balik / feed back energi (Supriyono 2002)

Pada system pengairan, pertanian lahan kering, kondisi topogragfi memegang peranan cukup penting dalam penyediaan air, serta menentukan cara dan fasilitas pengairan. Sumber – sumber air biasanya berada pada bagian yang paling rendah, sehingga air perlu dinaikkan terlebih dahulu agar pendistribusiannya merata dengan baik. Oleh karena itu, pengairan pada lahan kering dapat berhasil dan efektif pada wilayah yang datar datar – berombak (Kurnia, 2004)

Air pengairan diberikan dalam jumlah yang cukup untuk memenuhi kebutuhan, evapotranspirasi, perkolasi, dan kehilangan pada saluran. Apabila lahan pertanian berada dalam kondisi yang cukup air, maka efisiensi penggunaan air akan meningkat dan akn meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan petani (Kurnia, 2004)

Pengairan lahan kering perlu memperhatikan sifat – sifat tanah. Lahan yang bersifat halus, sampai sangat halus dan struktur tanah remahmempumyai efisiensi pemakaian air lebih tinggi dibandingkan dengan tanah yang bertekstur kasar. Faktor – rgani yang mempengaruhi pengairan antara lain adalah iklim, ketersediaan sumber air, serta kebutuhan air tanaman (Kurnia, 2004)

Umumnya telah diketahui bahwa semakin tinggi diversitas atau keragaman, maka stabilitas juga meningkat. Pengendalian hama dengan pestisida seharusnya dipilih sebagai rganicive terakhir. Sedangkan waktu penggunaannyapun harus dalam waktu yang tepat, serta kondisi populasi hama juga harus dalam besaran tertentu. Hal pertama yang sebaiknya dilakukan anatara lain (dalam pemberantasan hama): dengan tanaman resisten (tahan hama), penggunaan predator dan parasit, serta dengan cara ekologis dan budidaya, seperti pergiliran tanaman, penggunaan perangkap cahaya dan lain – lain.(Anonm 2008)

Pengelolaan air di tingkat petani

Pengelolaan air mikro atau ditingkat petani meliputi:

• Pengelolaan air di saluran kuarter

• Pengelolaan air di petakan sawah petani

Sistem pengelolaan airnya dilakukan dengan sistem

aliran satu arah. Salah satu saluran tersier dijadikan

aluran pemasukan irigasi dan saluran kuarter dijadikan

saluran pembuangan menuju saluran tersier drainase.

Diperlukan juga saluran dangkal di sekeliling petakan

sawah. Saluran ini berfungsi sebagai saluran penyalur

di dekat saluran kuarter irigasi dan sebagai saluran

pengumpul yang didekat saluran kuarter drainase.

Di dalam petakan sawah dibuatkan pula saluran

dangkal intensif yang berfungsi untuk mencuci zat

asam dan zat beracun dari lahan.

Jarak antar-saluran bervariasi tergantung kepada

kendala lahan yang dapat diatur sebagai berikut:

• Lahan dengan kandungan pirit dalam dibuat

saluran dengan jarak 9 m atau 12 m

• Lahan dengan kandungan pirit dangkal dibuat

saluran dengan jarak 6 m atau 9 m

• Pada lahan sulfat masam dibuat saluran dengan

jarak 3 m atau 6 m

• Pada lahan tidur dibuat saluran berjarak 3 m.

(Anonim 2008)

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil penagamatan

SUBSISTEM SAWAH BERGELOMBANG

1. Tempat : Karang pandan

2. Letak Lintang → Latitude : 7°37’24,8” LS

Longitude : 111°1,01’18,9” BT

  1. Tinggi tempat : 552 kaki
  2. Kemiringan : 10%
  3. Pola tanam : Monokultur

- Ada terasering

- Ada penggenangan

- Terdapat pengairan/irigasi

- Sistem sawah mcak-macak (airnya pas-pasan)

- Perendaman 5-15 cm

- Padi yang ditanam gaya rancah

- Daur hara terbuka, tidak ada siklus (karena tidak ada tumpukan jerami di sawah)

  1. Tanaman yang ada disekitar sawah

- Kacang panjang

- talas

- Pisang

- Mahoni

7. Input :

- Pupuk

- Pestisida

8. Output :

- Gabah

- Jerami

SUBSISTEM SUNGAI

1. Tempat : Karangpandan

2. Letak Lintang → Latitude : 7°37’24,8” LS

Longitude : 111°1,01’18,9” BT

  1. Tinggi tempat : 552 kaki
  2. Kemiringan : 50%
  3. Aliran sungai terjal dan berbatu
  4. Pengolahan DAS

a. Tanaman Tahunan : bamboo, mahoni, lamtoro, jati, keluwih

b. Tanaman musiman: pisang, nanas

c. Tanaman lainnya : paku-pakuan, semak, rumput, nanas, talas, pandan, pacing

- Jarak tanam tidak teratur, berimpitan, saling menaungi, sehingga ada kompetisi

- Tidak ada pengolahan lahan, lahan ditumbuhi tanaman tanpa ada campur tangan manusia

- Pada lahan seberang tampak adanya campur tangan manusia dengan penanaman semacam empon-empon, bamboo dan berbagai macam pohon

- Fungsi dari tanaman bamboo adalah untuk mencegah erosi lereng karena akarnya dapat mencengkeram dengan kuat

Gambar 1.1 subsistem sungai

SUBSISTEM TEGAL

1. Tempat : Desa Ngadirejo

2. Letak Lintang → Latitude : 7°39’18” LS

Longitude : 110°59’39” BT

  1. Tinggi tempat : 550,8 kaki
  2. Sistem campuran, merupakan terasering

- Pengolahan tanah : Cangkul(karena jenis tanah latosol)

- Jarak tanam : Teratur

- Pengairan : Air hujan

- Merupakan system terbuka, tidak ada siklus

- Penanaman : Sistem tegal

- Pola tanam : Tumpang sari

  1. Tempat ternaungi

- 1000-1500 (ternaungi)

- 9500-9700 (tidak ternaungi)

6. Input :

- Pupuk : Organik (kandang)→ saat pemgolahan tanah

Anorganik (urea)

- Pestisida

7. Output :

- Hasilpenanaman : Kacang tanah, Jagung

- Daun kasang tanah dan jagung untuk pakan ternak

- Rumput dan semak untuk pakan ternak

Catatan :

Lahan tegalnya miring sehingga dibuat tersering. Selain itu ada juga usaha konservasi lahan dengan adanya penanaman jati, mangga pisang, rumput-rumputan dan semak di pinggir lahan dan lereng yang berfungsi untuk mencegah erosi. Pada lahan ini tidak terdapat adanya siklus atau non siklik.

Gambar 1.2 subsistem tegal

SUBSISTEM TALUN (TEGAL PEKARANGAN)

1. Lokasi : Jumantono

2. Letak Lintang → Latitude : 7°38’95” LS

Longitude : 110°57’21,4” BT

  1. Tinggi tempat : 565,5 kaki = 172, 4 m
  2. Sistem pengolahan lahan kering kering dengan pola campuran

- Peralatan : cangkul

- Jarak tanam : tidak teratur

- Penyiangan : kurang diperhatikan

  1. Tanaman yang ada

- Tanaman tahunan : Jati, Mangga, Mahoni, Bambu, Sawo

- Tanaman musiman: Kacang tanah, Jagung, Ketela pohon

- Tanaman lain : Talas, Semak, Rumput, Gulma, Rumput Gajah

Catatan :

- Karena jarak tanamannya tidak teratur ditambah dengan adanya gulma, maka pada tegal pekarangan ini terjadi adanya kompetisi untuk mendapatkan unsure hara.

- Di pinggir-pinggir twgal ditanami pohon jati yang berfungsai:

a. Secara Ekologi→ Sebagai pupuk, disebabkan karena daunnya yang gugur dapat berfungsi sebagai pupuk.

b. Penahan erosi→ Daerah ini merupakan daerah miring

c. Perekonomian→ Kayu serta daunnya

Input : Pupuk Urea

Output :

- Hasil panen berupa kacang tanah, jagung, Ketela pohon

- Sebagai sayur→ Daun Ketela pohon

- Untuk pakan ternak→ gulma, daun kacang tanah, jagung, semak ,rumput gajah

- Kayu bakar→ Ranting kayu yang kering

NB.

Kemiringan : 5%→ relative datar

Intensitas cahaya :

- 7800 foot candle (ternaungi)

(7600-7800)

- 700-820 (ternaungi)

gambar 1.3 subsistem talun

SUBSISTEM PERKEBUNAN

1. Tempat : Kemuning

2. Letak Lintang → Latitude : 7°36’13,7” LS

Longitude : 111°7’46,3” BT

  1. Tinggi tempat : 603,8 kaki
  2. Kemiringan : 40% (Sehingga tidak cocok untuk tanaman musiman)
  3. Intensitas : 10500-11000 foot candle
  4. Berupa tanaman monokultur

- Ada pemangkasan/pemotingan cabang the yang bertujuan

· Mendapatkan tunas bru

· Mudah dipanen

· Pengaturan jarak tanaman

- Jarak tanam : Teratur

  1. Tanaman yang ada disekitar kebun the

- Pisang

- Wortel

- Ketela poho

- Cengkeh

- Paku-pakuan

- Semak

- Pepohonan

- Rumput-rumputan

8. Input : Pupuk anorganik→ Untuk vegetatif→ Ditambahkan N

9. Output :

- Hasil penanaman : Daun The

- Ranting the yang kering untuk kayu rgan

- Rumput untuk pakan ternak

- Benalu the untuk obat-obatan

Catatan :

Pada perkebunan the, tidak ada naungan untuk tanaman the, tujuannya agar mendapat the dengan kualitas yang bagus

Gambar 1.4 subsistem perkebunan

Pembahasan

Subsistem sawah bergelombang

Pada subsistem sawah bergelombang didapat melalui pengamatan dengan alat gps daerah berada pada latitude 7°37’24,8” LS dan altitude 111°1,01’18,9” BT,kemudian tinggi tempat 552 kaki dari permukaan laut.Kemudian dengan menggunakan alat klino meter didapatkan kemiringan sekitar 10 %.

Sistem pertaniannya monokultur yaitu sejenis, biasanya yang ditanam tanaman musiman. Terdapat pengairan dan genangan pada daerah itu padi yang ditanam memeiliki gaya rancah yang rgani jumlah air sedikit. Daur hara pada daerah ini merupakan daur terbuka ,tidak ada siklus karna tidak ada tumPukan jermai yang dapat didaur ulang kembali oleh decomposer.

Input yang diberikan biasanya adalah pupuk dan pestisida dan outputnya merupakn sekam atau jermi karna tanamanya merupakan tanaman padi.

Subsistem sungai

Pada subsistem sungai didapat melalui pengamatan dengan alat gps daerah berada pada latitude 7°37’24,8” LS dan altitude 111°1,01’18,9” BT,kemudian tinggi tempat 552 kaki dari permukaan laut. Kemudian dengan menggunakan alat klino meter didapatkan kemiringan sekitar 50 %.

Pada daerah ini sawahnya terjal dan berbatu, dan tanaman tanaman yang umum biasanya adalah tanaman, paku-pakuan, semak, rumput, nanas, talas, pandan, pacingpisang, nanas,bamboo, mahoni, lamtoro, jati, keluwih.

Tidak terdapat pengaturan jarak tanaman karna tanamanya merupakan tanaman yang tumbuh sendiri tanpa canpur tangan manusia sehingga tanaman saling menaungi dan terjadi kompetisi anatar tanaman. Pada daerah sebrang lahan didapat bukti-bukti jamahan manusia yaitu dengan ditanaminya berbagai macam tanaman pohon dan bamboo yang berfungsi untuk mencengkram tanah agar tidak terjadi longsor.

Subsistem tegal

Pada subsistem tegal didapat melalui pengamatan dengan alat gps daerah berada pada latitude 7°39’18” Lsdan altitude 110°59’39” BT,kemudian tinggi tempat 550,8 kaki dari permukaan laut.

Pengolahan tanah pada subsistem ini dilakukandengan menggunakan cangkul kemudian jarak tanamnya seimbang. Pengairan yang dilakukan menggunakan air hujan denagn pola tanam tumpang sari.

Input pada subsistem ini adalah pupuk dan pestisida. Untuk pupuk digunakan 2 macam yaitu organic dan anorganik. Pupuk organi (pupuk kandang) digunakan pada awal penanaman sedang pupuk anorganik digunakan pada saat berjalannya pertanian.untuk pestisida masih digunakan pestisida yang terbuat dari bahan kimia. Kemudian outputnya adalah buah kacang dan jagung karna tanaman yang ditanam adalah tanaman kacang dan jagung. Kemudia seresah dari jagung dan kacang juga merupakan output yang dapat digunakan untuk pakan ternak atau untuk dijadikan pupuk.

Subsistem talun

Pada subsistem rgan didapat melalui pengamatan dengan alat gps daerah berada pada latitude 7°38’95” LS dan altitude 110°57’21,4” BT,kemudian tinggi tempat 565,5 kaki dari permukaan laut.

Pada daerah pangamatan pengolahan lahanya menggunakan cangkul, kemuudian pembagian jarak tanamnya tidak teratur sehingga terjadi kompetisi, kemudian penyiangan tidak terlalu diperhatikan.

Ada berbagai macam tanaman yang ditemukan disana. Untuk tanaman tahunan contohnya seperti mangga,sawo. Lalu untuk tanaman musimanya kacang, jagung dan ketela pohon. Pada tepi tepi tegalan terdapat tanaman jati yang berfungsi sebagai pancengkram tanah, sumber bahan organik, dan meningkatkan penghasilan.

Subsistem perkebunan.

Pada subsistem perkebunan teh yang berlokasi dikemuning didapat melalui pengamatan dengan alat gps daerah berada pada latitude 7°36’13,7” LS dan altitude 111°57’46,3” BT,kemudian tinggi tempat 603,8 kaki dari permukaan laut. Dan kemiringan sekitar 40% yang diukur dengan klinometer.

Tanaman pada perkebunan teh umumnya monokultur yaitu didominasi oleh tanaman teh. Jarak antar tanaman teratur sehingga kompetisi kecil. Pada daerah perkebunan teh walaupun lahanya miring tidak terjadi longsor karna tanaman teh walaupun kecil namun perakarannya dalam dann dapat encengkram akar sehingga tidak terjadi lonsor.

Tanaman pada sekeliling kebun teh umumnya pisang, paku-[akuan, semak, ketela pohon, pepohonan dll. Pada lokasi pengamatan inputnya adalah pupuk kemudian outputnya adalah hasil dari daun the tersebut.

IV. KESIMPULAN

Kita tahu dalam setiap kondisi lingkungan jenis tanaman yang ada berbeda-beda, jadi penanganannya juga berbeda-beda, misalnya daerah yang suhu udara nya dingin umumnya pertanian yang diusahakan adalah sayuran atau tanaman yang tahan terhadap iklim tersebut jadipenganannya berbeda dari daerah yang suhunya rendah.

Dalam setiap subsistem terdapat interaksi antara berbagai factor dalam subsistem tersebut seperti adanya cacing mempengaruhi kesuburan tanah karna cacing dapat mengaduk bahan organic sehingga sampai pada lapisan tumbuh tanaman (top soil). Interaksi dalam subsistem inilah yang menunjang eksisnya suatu agroekosistem. Namun jika pada subsistem selalu diberikan input yang sifatnya kimiawi maka tanah lama-kelamaan akan rusak dan tidak dapat menunjang proses pertanian lagi.

Dalam suatu subsistem biasanya terdapat tanaman selain tanaman inti yang senagja ditanam. Misalnya menanam jati diantara subsistem sawah

Hal ini sangat menguntungkan karna jati memiliki daya cengkram tanah yang baik sehingga dapat mengurangi erosi. Selain itu juga dapat sebagai sumber bahan organic dan dapat pula dijadadikan produksi tambahan.

Pada semua subsistem input yang diberikan akan mempengruhi output yang ada. Semakin baik kandunagnn input maka otomatis output akan semakin baik,tapi sebaliknya jika inputnya jelek maka akan semakin jelek juga outputnya.

V. DAFTAR PUSTAKA

Kurnia, Undang. 2004. Prospek pengairan pertanian tanaman semusim lahan kering. Balai penelitian tanah.

Supriono. 2002. Pengantar ilmu pertanian . UNS. Surakarta

McNaugton ,s.j, dan Larry L. Walf. 1978. Ekologi umum edisi II.Universitas Gajah Mada. New york

Tidak ada komentar:

Posting Komentar