Kamis, 28 Oktober 2010

PRAKTIKUM EKOPERT

PRAKTIKUM EKOPERT

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Ilmu ekonomi pertanian adalah termasuk dalam kelompok ilmu-imu kemsyarakatan (social sciences), ilmu yang mempelajari perilaku dan upaya serta hubungan antarmanusia. Perilaku yang dipelajari bukanlah hanya mengenai perilaku manusia secara sempit, misalnya perilaku petani dalam kehidupan pertaniannya, tetapi mencakup persoalan ekonomi lainnya yang langsung maupun tidak langsung berhubungan dengan produksi, pemasaran, dan konsumsi petani atau kelompok petani. Dengan pengertian ekonomi pertanian yang demikian maka analisa ekonomi perusahaan pengolahan hasil-hasil petanian, perdagangan internasional atas hasil-hasil pertanian, kebijaksanaan pertanian, hukum-hukum dan hak-hak pertanahan termasuk bidang-bidang yang harus dipelajari oleh ekonomi pertanian (Mubyarto, 1972).

Ekonomi pertanian merupakan ilmu ekonomi yang berusaha mengungkap masalah-masalah pembangunan pada sektor pertanian, terutama pada masyarakat pedesaan yang mayoritas bermata pencaharian sebagai petani. Masyarakat pedesaan memiliki bentuk ikatan kekeluargaan yang kuat dalam kehidupan bersama. Gotong royong dan tolong menolong mewarnai kehidupan sehari-hari untuk mewujudkan satu kesatuan dalam bidang ekonomi yang homogen. Desa sebagai tempat tinggal mereka terbentuk karena naluri alamiah untuk mempertahankan kelompok dan terjalin sendi-sendi yang melandasi hubungan-hubungan antara sesama warga berdasarkan hubungan kekeluargaan, karena tinggal dekat dan kebersamaan kepentingan.

Pembangunan ekonomi masyarakat desa perlu diutamakan karena kita tahu bahwa banyak sumbangan masyarakat desa bagi perekonomian negara baik dari potensi SDM maupun dari SDA-nya bagi pendapatan nasional dan pembangunan nasional. Usahatani yang dijalankan oleh masyarakat pedesaan pada umumnya berupa budidaya tanaman pangan terutama padi dan palawija yang merupakan kebutuhan pokok bagi masyarakat.

Keadaan perekonomian masyarakat desa yang mayoritas petani ini cukup menarik untuk dikaji, apalagi dalam kondisi keterpurukan ekonomi Indonesia saat ini. Mahasiswa perlu mengetahui secara langsung keadaan petani baik dari segi ekonomi maupun dari segi kegiatan pertaniannya. Upaya mendapatkan suatu pengetahuan atau informasi yang dibutuhkan, mahasiswa tidak hanya mengandalkan teori yang diperoleh dalam perkuliahan tetapi juga pengetahuan secara nyata yang didapatkan melalui praktik lapangan.

Berdasarkan uraian di atas, Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian UNS Surakarta melaksanakan praktikum Ekonomi Pertanian di Desa Tersidilor, Kecamatan Pituruh, Kabupaten Purworejo, Propinsi Jawa Tengah, sebagai daerah pedesaan yang menjadi objek praktikum Kegiatan ini, diharapkan agar mahasiswa dapat mengkaji informasi mengenai karakteristik perekonomian di pedesaan dan dapat memberikan kontribusinya dalam sektor pertanian Indonesia agar dapat lebih maju dan berkembang.

B. Perumusan Masalah

1. Bagaimanakah karakteristik Desa Tersidilor di Kecamatan Pituruh, Kabupatep Purworejo?

2. Bagaimanakah karakteristik rumah tangga responden petani pemilik, penggarap, dan penyewa yang ada di Desa Tersidilor, Kecamatan Pituruh, Kabupaten Purworejo?

3. Bagaimanakah pendapatan rumah tangga responden petani pemilik, penggarap, dan penyewa yang ada di Desa Tersidilor, Kecamatan Pituruh, kabupaten Purworejo?

C. Tujuan dan Kegunaan Praktikum Ekonomi Pertanian

Adapun tujuan dan kegunaan praktikum Ekonomi Pertanian ini adalah sebagai berikut :

1. Tujuan praktikum Ekonomi Pertanian

a. Untuk melatih mahasiswa mengenal kehidupan rumah tangga petani di pedesaan, serta diharapkan mahasiswa mengetahui secara nyata tentang karakteristik rumah tangga petani di pedesaan.

b. Untuk melatih mahasiswa menganalisis secara ekonomi mengenai pendapatan rumah tangga petani baik dari usaha tani maupun dari luar usaha tani.

c. Untuk melatih mahasiswa menganalisis konsumsi, tabungan, serta investasi oleh rumah tangga petani.

2. Kegunaan praktikum

a. Bagi pemerintah Kabupaten Purworejo, hasil praktikum ini diharapkan dapat menjadi sumbangan pemikiran dari mahasiswa mengenai kondisi dan karakteristik pedesaan serta kehidupan rumah tangga petani di Kecamatan Pituruh.

b. Bagi fakultas Pertanian UNS, hasil praktikum ini diharapkan dapat mendukung kelengkapan dalam penerapan kurikulum pendidikan pertanian.

c. Bagi mahasiswa, sebagai persyaratan dalam menempuh mata kuliah Ekonomi Pertanian pada semester II.

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Karakteristik Pedesaan

Desa diawali dari manusia yang hidup bergerombol baik dalam satu lingkungan yang besar atau kecil dan bertempat tinggal pada tempat tertentu. Segala perkembangannya yang mereka alami, dan pertumbuhan jumlah jiwa yang semakin banyak kemudian mulai dipikirkan masalah keamanan dan tata tertib pergaulan sesamanya dengan maksud untuk memelihara ketentraman serta tatanan hidup yang harmonis dan pantas sebagai keluarga besar (Kusnaedi, 2005).

Desa hampir selalu identik dengan masyarakat petani, yaitu dalam kenyataan kehidupan, di desa yang berkembang adalah kombinasi usaha pertanian yang dominan dengan usaha-usaha kecil lain di luar pertanian yang sangat bervariasi sebagai penunjang. Oleh kerena itu pembangunan di pedesaan sangat erat kaitannya dengan pembangunan pertanian. Pembangunan pertanian pada dasarnya adalah suatu upaya untuk meningkatkan kualitas hidup petani yang dicapai melalui strategi investasi dan kebijaksanaan yang tepat.

Pengembangan profesionalitas dan produktivitas tenaga kerja pertanian, pengembangan sarana dan prasarana ekonomi, pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi perlu disertai dengan penataan dan pengembangan kelembagaan pedesaan. Dengan usaha tersebut maka pastisipasi aktif petani dan masyarakat pedesaan dapat ditingkatkan, sehingga peningkatan produksi komoditas pertanian dapat dicapai dengan efisien dan dinamis diikuti pembagian surplus ekonomi antar berbagai pelaku ekonomi secara lebih adil, serta pengembangan sistem agribisnis yang efisien. Kebijaksanaan pembangunan pertanian ini dapat mendorong pertumbuhan sektor ekonomi lainnya sehingga menjadi penggerak pertumbuhan ekonomi nasional dengan disertai pemanfaatan sumber daya secara optimal dan berkelanjutan. Keunggulan komperatif sumberdaya alam dan sumberdaya manusia local dapat dioptimalkan sebagai aset domestik perekonomian desa (Luthfifatah, 2008).

Wilayah pedesaan umumnya masih belum banyak dieskploitasi dan tingkat pemanfaatannya karena tergolong rendah. Sementara itu aksesibilitas wilayah pedesaan dan akses pasar pada umumnya sangat terbatas. Keadaan ini merupakan kontributor yang cukup signifikan bagi rendahnya produktivitas wilayah pedesaan dan bagi orientasi usaha yang subsisten.

Akses informasi bagi masyarakat diwilayah pedesaan juga merupakan kendala yang lain bagi aktivitas pembangunan masyarakat. Terkait dengnan aksesibilitas wilayahnya yang rendah, informasi yang masuk juga sangat terbatas. Fasilitas-fasilitas umum dan pelayanan publik pun tidak tersedia dengan memadai, termasuk fasilitas-fasilitas pendidikan, pelayanan kesehatan, pasar dan sarana prasarana pendukungnya.

Karakteristik pedesaan hingga saat ini masih sangat lekat dengan kondisi rendahnya tingkat produktivitas tenaga kerja, tingginya tingkat kemiskinan, dan rendahnya kualitas lingkungan pemukiman. Kondisi tersebut sulit diperbaiki karena fokus pembangunan yang kurang berorientasi pada pedesaan sehingga dorongan untuk pertumbuhan ekonomi dan peningkatan kesejahteraan sosial masih sangat lemah (Anonim c, 2009).

Kondisi teknologi yang berkembang dan dikuasai komunitas masyarakat di wilayah pedesaan didominasi oleh teknologi tradisional yang merupakan warisan generasi demi generasi. Perkembangannya sangat lambat dan inovasi yang masuk pun sangat langka dan sangat sukar diterima. Faktor tersebut berinteraksi dan berkontribusi terhadap kondisi relatif tertinggalnya wilayah pedesaan.

Warga suatu masyarakat pedesaan mempunyai hubungan yang lebih erat dan lebih mendalam daripada hubungan mereka dengan warga masyarakat pedesaan lainnya. Sistem kehidupan pedesan biasanya berkelompok atas dasar sistem kekeluargaan. Penduduk masyarakat pedesaan pada umumnya hidup dari pertanian walaupun terlihat adanya tukang kayu, tukang genteng dan bata, dan lain-lain. Akan tetapi inti pekerjaan penduduk adalah pertanian (Sajogyo et al., 2002).

B. Pertanian dan Produktivitas Usahatani

Pertanian adalah proses menghasilkan bahan pangan, ternak, serta produk-produk agroindustri dengan cara memanfaatkan sumberdaya tumbuhan dan hewan. Terkait dengan pertanian, usaha tani adalah sekumpulan kegiatan yang dilakukan dalam budidaya (tumbuhan maupun hewan).

Usaha tani (farm) adalah organisasi dari alam, tenaga kerja, dan modal yang ditujukan kepada produksi di lapangan pertanian. Organisasi tersebut ketatalaksanaannya berdiri sendiri dan sengaja diusahakan oleh seseorang atau sekumpulan orang sebagai pengelolanya (Firdaus, 2007).

Usaha pertanian memiliki dua ciri penting yaitu, selalu melibatkan barang dalam volume besar dan proses produksi memiliki resiko yang relatif tinggi. Dua ciri khas ini muncul karena pertanian melibatkan makhluk hidup dalam satu atau beberapa tahapannya memerlukan ruang untuk kegiatan itu serat jangka waktu tertentu dalam proses produksi (Anonim a, 2009).

Sifat khusus dari masyarakat petani adalah mempunyai hubungan dengan tanah dengan ciri spesifik produksi pertanian berakar pada keadaan khusus petani. Usahatani keluarga merupakan satuan dasar pemilikan, produksi, konsumsi dan kehidupan sosial petani, kepentingan pokok pekerjaan dalam menentukan kedudukan sosial, peranan, serta kepribadian petani dikenal secara baik oleh masyarakat bersangkutan. Struktur sosial desa merupakan keadaan khusus bagi daerah tertentu dan waktu tertentu; masyarakat petani merupakan sebuah kesatuan sosial pra-industri yang memindahkan unsur-unsur spesifik struktur sosial-ekonomi dan kebudayaan lama ke dalam masyarakat kontemporer (Triyono et al., 2002).

Produktivitas usahatani yang dicapai, dipengaruhi oleh kualitas lahan garapan petani. Pada tingkat teknologi yang sama, baik dalam jenis varietas yang digunakan maupun kualitas usahatani yang diterapkan pada produktivitas usahatani dapat bervariasi antar daerah akibat perbedaan kualitas lahan (Maulana, 2004)

C. Pendapatan Penduduk Pedesaan

Secara umum sumber pendapatan petani bersumber dari dua macam, yaitu dari pertanian dan non-pertanian. Pendapatan dari pertanian terdiri dari hasil usahatani sendiri dan dari hasil berburuh tani. Sumber pendapatan dari usahatani sendiri adalah dari hasil pertanian yang meliputi komoditas pangan, hortikultura, perkebunan, ternak, dan perikanan. Sedang dari hasil berburuh tani adalah pendapatan dari hasil berburuh tani dari luar kegiatan usahatani sendiri. Pendapatan dari luar usahatani adalah pendapatan yang berasal dari bukan usaha pertanian. Kelompok pendapatan secara garis besar dibagi lima sub sumber pendapatan, yaitu dari hasil perdagangan, menjual jasa (jasa transportasi, jasa kesehatan, jasa alat pertanian, dan lain-lain), dan kegiatan industri (industri besar, menengah, skala rumah tangga) dari kegiatan berburuh di antaranya adalah dari pertukangan, buruh industri, dan buruh di luar pertanian lainnya (Sudana et al., 2002).

Pekerjaan di luar pertanian merupakan sumber tambahan pendapatan yang cukup penting dan di sebagian besar desa-desa, pekerjaan itu merupakan sumber yang memberikan lebih dari 50% dari total pendapatan. Golongan petani luas yang mempunyai surplus pendapatan dari pertanian mampu menginvestasikan surplus itu pada usaha-usaha padat modal tapi yang memberikan pendapatan relatif besar, misalnya alat-alat pengolahan hasil pertanian, berdagang untuk mencukupi keluarganya. Hal ini berarti bahwa petani luaslah yang lebih punya jangkauan terhadap sumber non pertanian, yang pada gilirannya melahirkan proses akumulasi modal dan investasi yang saling menunjang baik di bidang pertanian atau non pertanian di antara golongan elit pedesaan (Hagul, 2002).

Perekonomian pedesaan didomisasi oleh sektor pertanian, tradisi penduduk pedesaan menjadikan bertani sebagai sumber penghasilan utamanya. Sektor perekonomian pedesaan dikelompokan menjadi tiga kelompok utama, yaitu pertanian, industri, dan jasa-jasa. Sektor industri pedesaan dijadaikan sebagai sumber mata pencaharian utama. Jenis industri pedesaan ini adalah jenis industri yang tidak memerlukan modal usaha yang besar, tingkat teknologi yang digunakan sederhana, kecepatan perputaran uang tinggi, dengan tingkat kontinuitas yang kurang dapat diandalkan. Jenis industri dipedesaan yaitu industri kerajinan rotan dan bambu, industri kerajinan besi.

Sektor jasa merupakan sektor pelengkap. Aktifitas ini dilakukan ketika usaha tani berada pada periode senggang. Penghasilan yang diperoleh warga desa dari sektor ini demikian besar, sehingga kontribusinya terhadap pendapatan rumah tangga mengalahkan kontribusi dari sektor pertanian, namun tetap saja pertanian merupakan penopang utama tempat mereka bergantung (Luthfifatah, 2008).

D. Konsumsi, Tabungan dan Investasi

Konsumsi adalah suatu kegiatan yang bertujuan mengurangi atau menghabiskan daya guna suatu benda, baik berupa barang maupun jasa, dalam rangka memenuhi kebutuhan dan kepuasan secara langsung (Anonim c, 2009).

Pola konsumsi dapat dikenali berdasarkan alokasi penggunaannya. Secara garis besar alokasi pengeluaran konsumsi digolongkan ke dalam dua kelompok penggunaan yaitu konsumsi untuk makanan dan konsumsi untuk kelompok bukan makanan (Fauzi, 2000).

Berdasarkan sensus 1990, lebih dari 60% pengeluaran dikonsumsikan untuk kebutuhan pangan, dimana padi-padian merupakan 23% dari total konsumsi rumah tangga pedesaan dan 11% bagi rumah tangga perkotaan. Telah lebih jauh dengan memisahkan kelompok pendapatan menunjukkan bahwa konsumsi padi-padian kelompok 40% penduduk berpendapatan terendah masih sangat menonjol, yaitu 30% dari total pengeluaran (Anwar et al., 2002).

Dalam perekonomian rumah tangga pertanian, tabungan mempunyai peran cukup strategis sehingga preferensi menabung menjadi bagian dari perilaku mereka. Tabungan sering digunakan sebagai “peredam” instabilitas pengeluaran, terutama di masa paceklik. Peran tabungan yang lain adalah sebagai cadangan modal untuk membiayai usahatani. Pada konteks ketahanan pangan, peran sebagai stabilisator konsumsi menunjukkan penggunaan tabungan menjadi salah satu pilihan strategi dalam menghadapi ancaman rawan pangan (Hardono, 2003).

Berdasarkan teori ekonomi, investasi berarti pembelian (dan berarti juga produksi) dari kapita atau modal barang-barang yang tidak dikonsumsi tetapi digunakan untuk produksi yang akan datang (barang produksi), misalkan pembangunan rel kereta api atau suatu pabrik, pembukaan lahan atau seseorang sekolah di universitas (Anonim b, 2009).

III. METODOLOGI

A. Penentuan Sampel

1. Sampel Desa

Penentuan desa praktikum secara purposive (sengaja) dipilih desa dari sejumlah desa yang ada dalam kecamatan terpilih, yaitu Desa Tersidilor, Kecamatan Pituruh, Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah. Penentuan desa dilakukan dengan metode sensus, yaitu sebagian besar desa yang ada di Kecamatan Pituruh sebanyak 40 desa dari 49 desa.

2. Sampel Responden

Dalam hal ini penentuan responden dengan cara cluster sampling, yaitu mewawancarai rumah tangga petani untuk setiap desa. Rumah tangga petani yang dijadikan responden terdiri dari rumah tangga petani pemilik penggarap, penyewa, penyakap. Wawancara dilakukan dengan menggunakan lembar kuisioner yang telah dipersiapkan. Dalam praktikum ini mengambil satu sampel kecamatan, kemudian satu sampel desa, sampai akhirnya mengambil beberapa responden yang sesuai dengan tujuan praktikum.

B. Data yang Dikumpulkan
  1. Data Primer

Data primer diperoleh dari wawancara secara langsung dengan responden yang dipandu dengan lembar kuisioner. Data primer adalah data yang diperoleh dari hasil wawancara langsung dengan responden atau petani sampel, meliputi hal-hal yang berkaitan dengan ekonomi pertanian di daerah penelitian.

  1. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh dari suatu organisasi atau instansi terkait yang dapat berupa data yang diperoleh dari kantor kepala desa. Data sekunder juga bisa disebut data monografi desa/kelurahan yang meliputi keadaan alam, kependudukan, sarana dan prasarana, adat istiadat, serta organisasi sosial ekonomi.

C. Metode Analisis Data

1. Tabulasi silang

Tabulasi silang merupakan perluasan dari analisis distribusi relative. Tabulasi silang menyajikan hubungan antara variabel satu dengan variabel lainnya. Tabulasi silang ini digunakan untuk mengetahui secara kuantitatif data yang diperoleh.

2. Angka rata-rata

Angka rata-rata adalah angka untuk mengetahui taksiran secara kasar untuk melihat gambaran dalam garis besar dari suatu karakteristik yang ada. Angka ini diperoleh dari pembagian jumlah semua data angka yang diperoleh dengan jumlah populasi yang ada.

3. Analisis Persentase

Analisis Persentase adalah analisis mengenai data yang dibagi dalam beberapa kelompok yang dinyatakan dan diukur dalam persentase. Dengan cara ini dapat diketahui kelompok yang paling banyak jumlahnya yaitu ditunjukkan dengan persentase yang paling tinggi.

  1. Analisis Usahatani

Analisis usahatani adalah analisis mengenai penerimaan, pendapatan, maupun biaya-biaya dari usahatani. Besarnya pendapatan usahatani dapat ditentukan atau dapat dihitung dengan mengurangi jumlah penerimaan usahatani dengan jumlah biaya usahatani yang dikeluarkan.

PdU = PrU – BE

Dimana,

PdU : Pendapatan usaha tani

PrU : Penerimaan usaha tani

BE : Biaya Eksplisit (biaya yang benar-benar dikeluarkan)

IV. HASIL DAN ANALISA DATA

A. Karakteristik Desa

1. Karakteristik Wilayah

Wilayah desa Tersidi Lor terletak di Kecamatan Pituruh, Kabupaten Purworejo. Luas Desa ini mencapai 183,512 hektar dengan 170,95 hektar diantaranya digunakan untuk persawahan, tegal serta pekarangan pribadi penduduk. Desa Tersidi Lor ini memiliki 2 RW dan 8 RT. Jalanan di Desa Tersidi Lor ini rata-rata sudah merupakan aspal. Meskipun begitu, jalanan beraspal ini terlihat sedikit kurang terawat dan terkesan tidak pernah ada perbaikan terbukti dengan lubang-lubang besar di sana-sini. Adapun batas-batas Desa Tersidi Lor ini adalah :

Batas Barat : Desa Blekatuk / Desa Tarpen

Batas Utara : Desa Dlisen Wetan / Desa Dlisen Kulon

Batas Timur : Desa Sekartejo

Batas Selatan : Desa Wironatan / Desa Tersidi Kidul

2. Penduduk

a. Jumlah Penduduk dan Jumlah Rumah Tangga

Tabel 4.1.2.1. Tabel Jumlah Penduduk dan Jumlah Rumah Tangga Desa Tersidi Lor Kecamatan Piturh Kabupaten Purworejo Tahun 2009

Jumlah Penduduk

Jumlah KK

1.706

451

Sumber : Data Monografi Desa

Dari jumlah penduduk dan jumlah rumah tangga Desa Tersidi Lor pada tahun 2009 sebanyak 1.706 jiwa dengan jumlah kepala rumah tangganya sebanyak 451 KK, sesuai dengan angka yang tercantum di dalam data monografi Desa. Data ini menunjukkan bahwa Desa Tersidi Lor ini mempunyai penduduk yang cukup padat.

b. Jumlah Penduduk Menurut Umur

Tabel 4.1.2.2. Tabel Jumlah Penduduk Menurut Umur di Desa Tersidi Lor Kecamatan Pituruh Kabupaten Purworejo Tahun 2009

Kelompk Umur

Jumlah

%

00-03

04-06

07-12

13-15

16-18

19- keatas

24

27

157

82

49

1367

1,4

2

9

4,8

2,8

80

Jumlah

1.706

100

Sumber : Data Monografi Desa

Dari jumlah penduduk menurut umur di Desa Tersidilor dapat diketahui kelompok umur dengan jumlah penduduk paling banyak di desa Tersidi Lor adalah pada kelompok umur 19 tahun keatas. Sedangkan yang paling sedikit adalah pada kelompok umur 0-3 tahun, ini dapat memperlihatkan bahwa Desa Tersidi Lor cukup produktif jika dilihat dari segi kelompok umur.

c. Jumlah Penduduk Menurut Pendidikan

Tabel 4.1.2.3. Tabel Jumlah Penduduk Menurut Pendidikan Desa Tersidi Lor, Kecamatan Pituruh, Kabupaten Purworejo Tahun 2009

Jenjang Pendidikan

Jumlah

%

Belum Sekolah

TK

SD

SLTP

SMU/SMK

D III

( S I – S III )

24

28

1034

221

232

32

16

1,5

1,7

65

14,2

14,6

2

1

Jumlah

1587

100

Sumber : Data Monografi Desa

Dari jumlah penduduk menurut pendidikan Desa Tersidi Lor, terlihat jelas bahwa mayoritas penduduk desa ini rata-rata mengenyam pendidikan hanya sampai jenjang SD. Meskipun ada yang melanjutkan ke SLTP, SMA atau bahkan menempuh gelar diploma maupun sarjana, tetapi itupun kalau dijumlah hanya sekitar 31,8 %, tidak sampai separuh dari jumlah total penduduk.

d. Jumlah Penduduk Menurut Mata Pencaharian

Tabel 4.1.2.4. Tabel Jumlah Penduduk Menurut Mata Pencaharian di Desa Tersidi Lor, Kecamatan Pituruh, Kabupaten Purworejo Tahun 2009

No.

Mata Pencaharian

Jumlah

%



1

Petani Sendiri

362

40


2

Buruh Tani

413

45


3

Buruh Bangunan

9

0,9


4

Pedagang

6

0,8


5

PNS

18

1,9


6

ABRI

2

0,4


7

Swasta

98

11


Jumlah

908

100


Sumber : Data Monografi Desa

Dari jumlah penduduk menurut mata pencaharian penduduk Desa Tersidi Lor kebanyakan bekerja di sektor pertanian baik sebagai petani penggarap lahan sendiri maupun sebagai buruh tani. Adapun sektor lain yang menjadi penyumbang tenaga terbanyak selain sektor pertanian dari penduduk Desa Tersidi Lor adalah sektor swasta yang menyumbang 98 orang dari total 908 orang yang bekerja di Desa ini.

3. Tata Guna Lahan

a. Tata Guna Lahan Secara Umum

Tabel 4.1.3.1 Tabel tata Guna Lahan Desa Tersidi Lor, Kecamatan Pituruh, Kabupaten Purworejo Tahun 2009

Jenis Tata Guna Lahan

Jumlah

1.

Sawah

129,816 ha

a. Irigasi Teknik

65 ha

b. Irigasi ½ Teknis

64 ha

2.

Tegal

0,975 ha

3.

Pekarangan

40,159 ha

Jumlah

170,95 ha

Sumber : Data Monografi Desa

Dari tata guna lahan Desa Tersidi Lor, terlihat bahwa areal lahan sebagian besar digunakan untuk sawah yang terdiri dari sawah irigasi teknis dan irigasi ½ teknis. Adapun lahan lainnya digunakan untuk tegal dan pekarangan.

b. Luas Panen dan produksi Lahan Pertanian Umum

Tabel 4.1.3.2 Tabel Jenis Tanaman, Luas Panen dan Produksi Desa Tersidi Lor, Kecamatan Pituruh, Kabupaten Purworejo Tahun 2009

No

Jensi Tanaman

Luas Lahan (Ha)

Produksi (ku)

Rata2 / ha (ku/ha)

1

Padi sawah

129 ha

645 ku

5 ku

2

Padi gogo

-

-

-

3

Jagung

-

-

-

4

Kacang tanah

-

-

-

5

Kedelai

85 ha

1190 ku

14 ku

6

Kacang hijau

-

-

-

Sumber : Data Monografi Desa

Dari jenis tanaman, luas panen dan produksi Desa Tersidi Lor terlihat jelas bahwa masyarakat paling banyak menanam padi sebagai komoditi pertanian utamanya dan menghasilkan sekitar 5 ton per tahun. Selain padi, masyarakat Desa Tersidi Lor menanam kedelai sebagai komoditi lain dan cukup menghasilkan.

c. Tanaman Keras

Tabel 4.1.3.3 Tabel Tanaman Keras di Desa Tersidi Lor, Kecamatan Pituruh, Kabupaten Purworejo Tahun 2009

No

Jenis Tanaman

Jumlah

Keterangan

1

Kelapa

4961

-

2

Mangga

98

-

3

Jambu air

338

-

4

Rambutan

315

-

Sumber : Data Monografi Desa

Dari tanaman keras di Desa Tersidi Lor diketahu mayoritas tanaman keras yang ada adalah Kelapa. Tanaman keras lain yang juga tumbuh di Desa Tersidi Lor adalah Tanaman Mangga, Jambu Air, dan Rambutan.

d. Peternakan

Tabel 4.1.3.4 Tabel Jumlah Hewan Ternak di Desa Tersidi Lor, Kecamatan Pituruh, Kabupaten Purworejo Tahun 2009

No

Jenis Ternak

Jumlah ( ekor )

1

Sapi

6

2

Kambing

46

3

Ayam Kampung

1250

4

Domba

37

5

Itik

475

Sumber : Data Monografi Desa

Dari jumlah hewan ternak terlihat bahwa kebanyakan penduduk Desa Tersidi Lor, Kecamatan Pituruh, Kabupaten Purworejo menjadi peternak ayam. Jenis ayam yang biasanya di ternakan di desa ini adalah ayam kampung.

4. Kegiatan Sosial Ekonomi Pedesaan

a. Pasar, kios/toko/warungan dan bakul keliling

Tabel 4.1.4.1. Tabel Jumlah Sarana Perekonomian di Desa Tersidi Lor, Kecamatan Pituruh, Kabupaten Purworejo Tahun 2009

Nama Sarana Perekonomian

Jumlah

Kios / warung

6 Buah

Sumber : Data Monografi Desa

Dari jumlah sarana perekonomian diketahui bahwa di Desa Tersidi Lor hanya terdapat sedikit warung. Dikatakan arena warung yang ada dengan penduduk yang mencapai 451 Kepala Keluarga, 6 buah warung dirasa belum cukup menyuplai semua kebutuhan penduduk.

b. Prasarana dan sarana Transportasi

Tabel 4.1.4.2. Tabel Sarana Perhubungan di Desa Tersidi Lor, Kecamatan Pituruh, Kabupaten Purworejo Tahun 2009

Jenis Sarana Perhubungan

Jumlah

Jalan Desa

6 buah

Jalan Kebupaten

3 buah

Jembatan

15 buah

Sumber : Data Monografi Desa

Dari sarana perhubungan, diketahui bahwa sarana jalan di Desa Tersidi Lor, Kecamatan Pituruh, Kabupaten Purworejo ini sudah memadai, namun mamadai jika takarannya adalah jumlah, jika takarannya adalah kondisi jalan maka jalanan di Desa ini harus ditambah perawatannya. Hal ini terlihat dari banyaknya jalanan yang sudah berlubang.

c. Pendidikan dan Kesehatan

Tabel 4.1.4.3 Tabel Sarana Kesehatan di Desa Tersidi Lor,Kecamatan Pituruh, Kabupaten Purworejo Tahun 2009

Jenis Sarana Kesehatan

Jumlah

Praktek Dokter

1 orang

Sumber : Data Monografi Desa

Dari sarana kesehatan diketahui bahwa di Desa Tersidi Lor, Kecamatan Pituruh ini masih dikatakan sangat kurang. Hal ini dapat dilihat dari sarana kesehatan yang ada di Desa ini hanya terdapat satu tempat praktek dokter, sarana kesehatan lain seperti Puskesams hanya dapat ditemukan di Kecamatan.

d. Penyediaan Sarana dan Produksi Pertanian

Di Desa ini belum dapat ditemukan kios-kios SAPROTAN, bahkan menurut informasi kios SAPROTAN ini hanya bisa ditemui di Ibukota Kabupaten.

e. Sarana Lain

Tabel 4.1.4.4. Tabel Sarana-sarana penunjang lain-lain di Desa Tersidi Lor, Kecamatan Pituruh, Kabupaten Purworejo Tahun 2009

Jenis Sarana

Jumlah

Lumbung Desa

1 Buah

Masjid

1 Buah

Mushola

3 Buah

Lapangan Sepak Bola

1 Buah

Lapangan Bulu Tangkis

1 Buah

Lapangan Tenis Meja

1 Buah

Sumber : Data Monografi Desa

Dari sarana-sarana penunjang lain dapat dilihat bahwa sarana pendukung di Desa Tersidi Lor, Kecamatan Pituruh, Kabupaten Purworejo ini sudah dikatakan memenuhi dilihat dari jumlah sarana yang mereka miliki. Hanya beberapa sarana yang perlu ditambahi atau diperbaiki.

B. Karakteristik Rumah Tangga Responden

1. Identitas Responden

a. Jumlah Anggota Rumah Tangga

Tabel 4.2.1.1. Jumlah Anggota Rumah Tangga Responden Petani di Desa Tersidi Lor, Kecamatan Pituruh, Kabupaten Purworejo Tahun 2009

No

Keterangan

Jumlah

Rata-rata

1.

2.

3.

Suami

Istri

Anak

20

20

56

1

1

3

Jumlah

96

Sumber : Data Primer

Dari jumlah anggota rumah tangga responden dapat diketahui bahwa jumlah anggota rumah tangga responden petani di Desa Tersidi Lor ada 96 orang. Dengan rincian jumlah suami 20 orang, istri 20 orang, anak laki-laki dan anak perempuan sejumlah 56 orang.

b. Umur Suami (KK) dan Umur istri

Tabel 4.2.1.2. Umur Suami dan Umur Istri Responden Petani di Desa Tersidi Lor, Kecamatan Pituruh, Kabupaten Purworejo Tahun 2009

No.

Interval Umur (th)

Jumlah

Suami

Istri

1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

21-30

31-40

41-50

51-60

61-70

71-80

80>

-

3

8

4

4

-

1

1

6

3

6

3

1

-

Jumlah

20

20

Sumber : Data Primer

Dari umur suami dan umur istri responden keluarga petani di Desa Tersidi Lor, Kecamatan Pituruh, Kabupaten Purworejo diketahui bahwa suami yang berusia antara 31-40 tahun sebanyak 3 orang, suami yang berusia antara 41-50 tahun sebanyak 8 orang, suami yang berusia antara 51-60 tahun sebanyak 4 orang, suami yang berusia antara 61-70 tahun sebanyak 4 orang dan suami yang berusia lebih dari 80 tahun ada 1 orang. Istri responden petani di Desa Tersidi Lor yang berusia antara 21-30 tahun ada 1 orang , yang berusia 31-40 tahun sebanyak 6 orang,yang berusia antara 41-50 tahun sebanyak 3 orang , yang berusia antara 51-60 tahun sebanyak 6 orang, yang berusia antara 61-70 tahun sebanyak 3 orang, sedangkan yang berusia lebih dari 70 tahun ada 1 orang.

c. Pendidikan Suami (KK) dan Istri

Tabel 4.2.1.3. Pendidikan Suami (KK) dan Istri Responden di Desa Tersidi Lor, Kecamatan Pituruh, Kabupaten Purworejo Tahun 2008/2009

No.

Pendidikan ( th)

Responden Petani

Jumlah Suami

Jumlah Istri

1

2

3

4

4-6

7-9

10-12

>12

6

9

5

-

8

7

5

-

Jumlah

20

20

Sumber : Data Primer

Dari pendidikan suami (KK) dan istri responden keluarga petani di Desa Tersidi Lor, Kecamatan Pituruh, Kabupaten Purworejo dapat diketahui bahwa rata-rata suami hanya berpendidikan 4-6 tahun sebanyak 6 orang, yang berpendidikan antara 7-9 tahun sebanyak 9 orang, berpendidikan antara 10-12 tahun sebanyak 5 orang. Istri responden petani yang berpendidikan 4-6 tahun sebanyak 8 orang, yang berpendidikan 7-9 tahun sebanyak 7 orang, sedangkan yang berpendidikan 10-12 tahun sebanyak 5 orang. Dari data tersebut dapat diketahui bahwa rata-rata pendidikan suami dari rumah tangga petani antara 7-9 tahun yaitu lulusan SMP/SLTP. Sebagian besar pendidikan istri responden petani adalah 4-6 tahun, sehingga dapat disimpulkan bahwa pendidikan sebagian besar istri petani adalah sampai tamatan SD.

d. Jenis Pekerjaan yang Menghasilkan

Tabel 4.2.1.4. Jenis Pekerjaan Responden Petani yang Menghasilkan di Desa Tersidi Lor, Kecamatan Pituruh, Kabupaten Purworejo Tahun 2009

No.

Jenis Pekerjaan

Suami

Istri

1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

8.

9.

Usaha Tani Lahan Sendiri

Usaha Tani Lahan Menyewa

Usah Tani Lahan Menyakap

Ternak Sendiri

Buruh Tani Desa Sendiri

PNS

Perangkat Desa

Bakul Warungan

Lain-lain

15

3

3

1

1

2

1

-

3

7

2

2

-

-

-

-

3

-

Jumlah

29

14

Sumber : Data Primer

Dari jenis pekerjaan responden keluarga petani di Desa Tersidi Lor, Kecamatan Pituruh, Kabupaten Purworejo, dapat diketahui bahwa banyaknya suami yang bekerja di usaha lahan sendiri sebanyak 15 orang, sedangkan istri sebanyak 7 orang. Suami yang bekerja pada usaha tani lahan menyewa sebanyak 3 orang, sedangkan istri yang bekerja pda lahan sewa sebanyak 2 orang. Suami yang yang bekerja pada usaha tani lahan menyakap sebanyak 3 orang. Banyaknya suami yang mengelola usaha ternak sendiri ada 1 orang. Sedangkan suami yang bekerja sebagai buruh tani desa sendiri ada 1 orang. Suami yang bekerja sebagai PNS sebanyak 2 orang, dan suami yang bekerja pula menjadi perangkat desa ada 1 orang. Jumlah istri yang bekerja pada usaha bakul warungan sebanyak 3 orang. Pekerjaan lain-lain yang dikerjakan responden suami antara lain sebagai pembuat batu-bata dan sebagainya. Dari data di atas dapat diketahui bahwa sebagian besar responden baik suami maupun istri di Desa Tersidi Lor bekerja pada usaha tani lahan sendiri.

2. Penguasaan Aset Rumah Tangga

a. Luas pekarangan dan luas bangunan

Tabel 4.2.2.1 Luas pekarangan dan luas bangunan di desa Tersidi Lor, Kecamatan Pituruh, Kabupaten Purworejo Tahun 2009

No.

Aset Rumah Tangga

Jumlah

1.

2.

Luas Pekarangan

Luas Bangunan

24.378,4 m2

2.055,5m2

Jumlah

26.433,9 m2

Sumber : Data Primer

Dari luas pekarangan dan luas bangunan dapat diketahui bahwa di Desa Tersidi Lor, Kecamatan Pituruh, Kabupaten Purworejo dari 20 responden didapatkan data bahwa luas pekarangan 24.378,4 m2 dan luas bangunan 2.055,5m2 Sehingga dapat disimpulkan bahwa Desa Tersidi Lor, kebanyakan memiliki pekarangan yang luas.

b. Keadaan bangunan rumah

Tabel 4.2.2.2. Keadaan bangunan rumah di Desa Tersidi Lor, Kecamatan Pituruh, Kabupaten Purworejo Tahun 2009

No

Keadaan Bangunan Rumah

Kerangka

Dinding

Atap

Lantai

1.

Kayujati

6

2

-

-

2.

Kayutahun

10

2

-

-

3.

Bambu

2

2

-

-

4.

Tembok

7

16

-

-

5.

Genting

-

-

20

-

6.

Ubin

-

-

-

18

7.

Tanah

-

-

-

3

Jumlah

25

22

20

21

Sumber : Data Primer

Dari keadaan bangunan rumah dapat diketahui bahwa di Desa Tersidi Lor, Kecamatan Pituruh, Kabupaten Purworejo kebanyakan responden kerangka rumah berasal dari kayu tahun, dengan dinding tembok, beratap genting dan berlantai ubin. Dapat di katakan bahwa di Desa Tersidi Lor masyarakatnya sudah cukup mampu dan berkecukupan.


c. Pemilikan alat elektronik, kamar utama. ruang tamu, kursi dan lemari.

Tabel 4.2.2.3. Pemilikan alat elektronik kamar utama, ruang tamu, kursi tamu dan lemari di Desa Tersidi Lor, Kecamatan Pituruh, Kabupaten Purworejo Tahun 2009

No

Macam Kepemilikan

Jumlah

1.

Radio

18

2.

TV

19

3.

VCD

6

4.

HP

23

5.

Kulkas

1

6.

Kamar Utama

58

7.

Ruang Tamu

20

8.

Kursi tamu

68

9.

Lemari

56

Jumlah

269

Sumber : Data Primer

Dari pemilikan alat elektronik kamar utama, ruang tamu, kursi tamu dan lemari dapat diketahui bahwa di Desa Tersidi Lor, Kecamatan Pituruh, Kabupaten Purworejo dari tiap responden kepemilikan alat elektronik, kamar utama, ruang tamu, kursi tamu dan lemari tidaklah sama. Jumlah keseluruhan kepemilikan yang ada yaitu 269 buah.

d. Bahan bakar masak dan penerangan rumah

Tabel 4.2.2.4 Macam bahan bakar masak dan penerangan rumah di Desa Tersidi Lor, Kecamatan Pituruh, Kabupaten Purworejo Tahun 2009

No

Macam bahan bakar dan kepemilikan

Jumlah

1.

2.

3.

4.

Kayu baker

Minyak tanah

Gas

Listrik

20

5

1

20

Jumlah

46

Sumber : Data Primer

Dari macam bahan bakar masak dan penerangan rumah dapat diketahui bahwa di Desa Tersidi Lor, Kecamatan Pituruh, Kabupaten Purworejo dari 20 responden diketahui menggunakan bahan bakar kayu, minyak tanah dan gas sebanyak 26 dan semuanya sudah menggunakan listrik sebagai penerangannya.

e. Pemilikan kamar mandi, WC, dan kondisinya

Tabel 4.2.2.5 Pemilikan kamar mandi, WC dan kondisinya di Desa Tersidi Lor, Kecamatan Pituruh, Kabupaten Purworejo Tahun 2009

No

Pemilikan

Jumlah

Kondisi

1.

2.

Kamar mandi

WC

22

21

Baik

Baik

Jumlah

43

Baik

Sumber : Data Primer

Dari pemilikan kamar mandi, WC dan kondisinya diketahui bahwa di Desa Tersidi Lor, Kecamatan Pituruh, Kabupaten Purworejo masyarakatnya sudah memiliki kamar mandi dan WC sendiri dengan kondisi yang baik.

f. Pemilikan alat transportasi

Tabel 4.2.2.6 Pemilikan alat transportasi di Desa Tersidi Lor, Kecamatan Pituruh, Kabupaten Purworejo Tahun 2009

No

Alat Transportasi

Jumlah

1.

2.

3.

Sepeda

Sepeda motor

Mobil

40

22

1

Jumlah

63

Sumber : Data Primer

Dari pemilikan alat transportasi dapat diketahui bahwa di Desa Tersidi Lor, Kecamatan Pituruh, Kabupaten Purworejo pada 20 responden memiliki alat transportasi berupa sepeda, sepeda motor, dan mobil sebanyak 40, 22 dan satu dengan jumlah 63.

3. Akses terhadap pendidikan dan pelayanan kesehatan

a. Akses Terhadap Pendidikan

Tabel 4.2.3.1. Akses terhadap Pendidikan Rumah Tangga Petani di

Desa Tersidi Lor, Kecamatan Pituruh, Kabupaten

Purworejo Tahun 2009

Tingkat Pendidikan

Jumlah

%

SD

21

23

SMP

29

32

SMA

28

31

PT

12

13

Jumlah

90

100

Sumber : Data Primer

Pada data yang telah diperoleh dapat diketahui bahwa akses terhadap pendidikan cukup bagus dan merata,yaitu masing-masing untuk SD, SMP, SMA, PT sekitar 22,7%, 32,95%, 30,68%, 13,6%. Selain menunjukan bahwa warga desa telah mendapatkan akses terhadap pendidikan data ini juga menunjukan bahwa keadaan ekonomi petani desa Tersidi lor kecamatan pituruh kabupaten purworejo cukup baik sehingga dapat bersekolah dan membiayai sekolah anaknya bahkan hingga tingkst perguruan tinggi.

b. Akses Terhadap Pelayanan Kesehatan

Tabel 4.2.3.2. Akses terhadap Pelayanan kesehatan Rumah Tangga Petani di Desa Tersidi lor Kecamatan Pituruh Kabupaen Purworejo Tahun 2009

Pelayanan kesehatan

Jumlah

%



Puskesmas

9

45


RS

2

10


Dokter

2

10


Klinik

2

10


Puskesmas dan RS

2

10


Puskesmas dan dokter

2

10


Puskesmas dan klinik

1

5


Jumlah

20

100


Sumber : Data Primer

Dari data yang diperoleh tampak jelas bahwa kebanyakan responden memilih berobat ke puskesmas yaitu 45 % dari jumlah seluruh responden. Kebanyakan dari responden beralasan karena letaknya yang dekat dan biayanya yang terjangkau bagi ekonomi petani. Namun selain dari 45 % tersebut ada juga responden yang sering berobat pada 2 tempat pelayanan kesehatan misalnya puskesmas dan rumah sakit. Responden tersebut beralasan karena biasanya puskesmas hanya dapat menanggulangi penyakit-penyakit ringan saja dan jika dirasa berobat dipuskesmas kurang dapat membanntu kesembuhan petani akan berobat ke rumah sakit.

4. Pola Pangan Pokok dan Frekuensi Makan Keluarga

Tabel 4.2.4.1. Pola pangan Penduduk Desa Tersidi Lor, Kecamatan Pituruh, Kabupaten Purworejo Tahun 2009

Pola pangan

Jumlah

%

Nasi sepanjang tahun

20

100

Tidak nasi sepanjang tahun

0

0

Jumlah

20

100

Sumber : Data Primer

Tabel 4.2.4..2. Frekuensi makan Desa Tersidi Lor, Kecamatan Pituruh, Kabupaten Purworejo Tahun 2009

Frekuensi makan

Jumlah

%

3 kali sehari

20

100

Kurang dari 3 kali sehari

0

0

Jumlah

20

100

Sumber : Data Primer

Pola pangan keluaraga petani di desa Tersidi lor kecamatan pituruh kabupaten purworejo seluruhnya adalah nasi sepanjang tahun dan frekuensi makannya juga seluruhnya 3 kali dalam sehari. Hal ini dikarenakan seluruh keluarga petani menanam padi di sawah garapan mereka sehingga untuk mendapatkan gabah yang selanjutnya akan diproses dalam bentuk nasi dan dikonsumsi oleh keluarga petani tersebut termasuk mudah. Selain itu mengkonsumsi nasi 3 kali sehari juga merupakan kebiasaan dari seluruh warga desa tersebut, bukan hanya petani. Bahkan menurut mereka belum makan jika belum mengkonsumsi nasi.

B. Pendapatan dan Konsumsi Rumah Tangga

1. Penerimaan, Biaya dan Pendapatan dari Usahatani Sendiri

Tabel 4.3.1.1. Penerimaan, Biaya dan Pendapatan dari Usahatani Sawah pada 20 responden di Desa Tersidi Lor, Kecamatan Pituruh, Kabupaten Purworejo Tahun 2009

Usaha Tani

Sawah

Penerimaan

Biaya

Pendapatan

Jumlah

Rata-rata

Jumlah

Rata-rata

Jumlah

Rata-rata

MT 1 (Rp)

112.786.500

5.639.325

30.539.200

1.526.960

82.247.300

4.112.365

MT 2 (RP)

116.341.500

5.817.075

19.315.000

965.750

97.026.500

4.851.325

MT 3 (Rp)

68.875.000

3.443.750

10.281.950

514.098

58.593.050

2.929.653

Jumlah

298.003.000

14.900.150

60.136.150

3.006.808

237.866.850

11.893.343

Sumber: Data Primer

Dari penerimaan, biaya dan pendapatan dari usahatani sawah responden rumah tangga petani di Desa Tersidi Lor, rata-rata penerimaan hasil usaha tani per tahun yang terdiri dari Masa Tanam 1, 2, dan 3 dengan system pengusahaan sawah berupa padi-padi-kedelai adalah Rp. 14.900.150,00 dan biaya yang harus dikeluarkan Rp. 3.006.808,00 sedangkan pendapatan usaha tani sebesar Rp. 11.893.343,00. Dari keterangan di atas dapat dikatakan bahwa pengusahaan sawah di Desa Tersidi Lor termasuk berhasil, hal ini ditunjukkan dengan pendapatan yang diterima 80% dari penerimaan petani.

2. Pendapatan dari Bekerja pada Usahatani Lain

Tabel 4.3.2.1. Penerimaan, Biaya dan Pendapatan dari Usahatani Tegal, Pekarangan, Ternak, dan Usaha Tani Lain pada 20 responden di Desa Tersidi Lor, Kecamatan Pituruh, Kabupaten Purworejo Tahun 2009.

Keterangan

Penerimaan

Biaya

Pendapatan

Jumlah

Rata-rata

Jumlah

Rata-rata

Jumlah

Rata-rata

Tegal (Rp)

-

-

22.500

1.125

-22.500

-1.125

Pekarangan (Rp)

2.775.500

138.775

99.900

4.995

2.101.850

105.093

Ternak (Rp)

715.000

35.750

2.379.700

118.985

-744.700

-37.235

Lainnya (Rp)

20.698.000

1.034.900

1.484.000

74.200

19.214.000

960.700

Sumber : Data Primer

Dari penerimaan, biaya dan pendapatan dari usahatani tegal, pekarangan, ternak, dan usaha tani lain pada 20 responden di Desa Tersidi Lor, untuk pendapatan dari tegal tidak banyak diusahakan. Pada 20 responden hanya 1 petani saja yang mengusahakan tegal dan hasilnya juga tidak dapat menambah pendapatan petani. Untuk pekarangan dan ternak masih banyak diusahakan dikarenakan kepemilikan tanah masih luas sehingga digunakan untuk pekarangan. Sebagian besar hasil dari pekarangan dan ternak digunkan untuk konsumsi kebutuhan keluarga, sebagian kecil lainnya dijual walaupun hasil dari penjualan tersebut tidak begitu banyak menambah pendapatan petani. Hasil dari pekarangan yang banyak dijual berupa pisang dan kelapa. Untuk ternak kebanyakan petani mengusahakan ayam dan bebek dalam skala kecil, hal ini karena mereka memelihara ternak hanya untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Sedangkan untuk usaha tani lain bisa berupa buruh tani atau juga usaha perkayuan.

3. Pendapatan dari Luar Pertanian

Tabel 4.3.3.1. Pendapatan dari Luar Pertanian di Desa Tersidi Lor, Kecamatan Pituruh, Kabupaten Purworejo Tahun 2009.

No Resp

Dari Luar Usahatani

Suami

Istri

Anak

Jumlah

1

5.200.000

5.200.000

2

-

3

12.000.000

12.000.000

4

5

750.000

1.000.000

1.750.000

6

7

32.850.000

32.850.000

8

1.000.000

1.200.000

2.200.000

9

14.400.000

14.400.000

10

18.000.000

18.000.000

11

12.000.000

12.000.000

12

12.000.000

12.000.000

13

18.250.000

18.250.000

14

3.000.000

3.000.000

15

18.000.000

4.160.000

22.160.000

16

17

3.000.000

3.000.000

18

7.000

7.000

19

3.000.000

3.000.000

500.000

6.500.000

20

Jumlah

163.317.000

Rata-rata

8.165.850

Sumber : Data Primer

Dari pendapatan dari luar pertanian pada 20 responden di Desa Tersilor dapat diketahui bahwa para petani masih menjadikan usaha tani sebagai sumber pendapatan usaha utama dan untuk tambahan pendapatan dari luar usaha pertanian masih sedikit. Dari sedikit pekerjaan di luar pertanian kebanyakan bergerak di bidang perdagangan dan itupun masih dalam skala kecil. Usaha lainnya biasa berupa PNS, ABRI, Guru, Pensiunan, Swasta, Pembuat batu bata, dan Pertukangan.

4. Total Pendapatan Rumah Tangga Responden

Tabel 4.3.4.1. Total Pendapatan Rumah Tangga Petani dari dalam dan Luar Pertanian di Desa Tersidi Lor, Kecamatan Pituruh, Kabupaten Purworejo Tahun 2009

Keterangan

Jumlah (Rp)

Rata-rata (Rp)

Usaha Pertanian

258.415.500

12.920.776

Luar Usaha Pertanian

163.317.000

8.165.850

Jumlah

421.732.500

21.086.626

Sumber : Data Primer

Dari total pendapatan rumah tangga petani dari dalam dan luar pertanian pada 20 responden di Desa Tersidi Lor pendapatan rumah tangga petani dari usaha pertanian rata-rata per KK/tahun sebesar Rp.12.920.776,00 dan dari usaha di luar pertanian sebesar Rp.8.165.626,00. Dari dua sumber pendapatan petani baik dari dalam maupun luar pertanian merupakan pendapatan total dari pendapatan rumah tangga petani. Total pendapatan rata-rata petani per KK/tahun sebesar Rp.21.086.626,00. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa para petani masih menggantungkan hidupnya di sektor usaha pertanian. Hal ini bisa dilihat dari jumlah pendaptan yang lebih besar dibanding usaha di luar pertanian.

5. Konsumsi Rumah Tangga Responden

Tabel 4.3.5.1. Konsumsi Rumah Tangga pada 20 Responden di Desa Tersidi Lor, Kecamatan Pituruh, Kabupaten Purworejo Tahun 2009

Keterangan

Jumlah

(Rp)

Rata-rata (Rp)

Konsumsi Makanan

110.915.000

5.545.750

Konsumsi Bukan Makanan

55.357.500

2.767.875

Konsumsi Pakaian, Perumahan, dll.

57.573.100

28.787.655

Jumlah

223.845.600

11.192.280

Sumber : Data Primer

Dari konsumsi rumah tangga pada 20 responden di Desa Tersidi Lor ,biaya konsumsi yang dikeluarkan dari konsumsi pangan, bukan pangan maupun lain-lain rata-rata sebesar Rp.11.192.280,00. Dari konsumsi rumah tangga responden petani pengeluaran terbesar adalah rata-rata pada konsumsi pakaian, perumahan, dll sebesar Rp.28.787.655,00.

6. Pendapatan, Konsumsi, Tabungan, dan Investasi

Tabel 4.3.6.1. Pendapatan, Konsumsi, dan Tabungan Rumah Tangga Responden di Desa Tersidi Lor, Kecamatan Pituruh, Kabupaten Purworejo Tahun 2009

Keterangan

Jumlah (Rp)

Rata-rata

Total Pendapatan

421.369.550

21.068.478

Konsumsi Makanan

110.915.000

5.545.750

Konsumsi Bukan Makanan

55.357.500

2.767.875

Konsumsi pakaian, perumahan, dll.

57.573.100

2.878.655

Tabungan

197.523.850

9.876.193

Sumber : Data Primer

Dari pendapatan, konsumsi, dan tabungan pada 20 responden di Desa Tersidi Lor dapat dikatakan bahwa pendapatan usaha tani dapat digunakan untuk kebutuhan konsumsi bahkan untuk pemenuhan kebutuhan lainnya. Dari sisa pendapatan yang digunakan untuk biaya konsumsi masih dapat ditabung kelebihannya, rata-rata kelebihan tersebut sekitar Rp.9.876.192,5. Sedangkan masih banyak yang belum melakukanm investasi, baik berupa barang maupun uang . Dari 20 responden, hanya 2 yang melakukan investasi.

7. Strategi Bertahan Hidup Rumah Tangga

Tabel 4.3.7.1. Strategi Bertahan Hidup Rumah Tangga Responden di Desa Tersidi Lor, Kecamatan Pituruh, Kabupaten Purworejo Tahun 2009

No.

Strategi Bertahan Hidup

Jumlah

1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

8.

9.

10.

11.

12.

Aktif bekerja di luar sektor pertanian:

Merantau : Bekerja di perkotaan

Dagang : Bakul warungan

Buruh dan lain-lain

Memanfaatkan bantuan pemerintah

Memanfaatkan bantuan pihak lain

Menyesuaikan pengeluaran dengan pendapatan saat itu

Menghemat produk/tanaman sendiri

Memanfaatkan pekarangan

Berhutang kepada

Tidak menyekolahkan anak ke jenjang yang lebih tinggi

Menunggu kiriman keluarga yang dirantau

2

9

4

8

6

19

19

18

6

3

1

Sumber : Data Primer

Dari strategi bertahan hidup 20 responden di desa Tersidi Lor strategi yang dilakukan untuk bertahan hidup dalam pemenuhan konsumsi sebagian besar menjadi bakul sebanyak 9 responden. Dan dalam strategi pertahanan hidup pada umumnya menyesuaikan pendapatan dengan konsumsi rumah tangga dan menghemat barang.

V. PEMBAHASAN

Desa Tersidi Lor merupakan salah satu desa yang terdapat di Kecamatan Pituruh, Kabupaten Purworejo yang memiliki luas wilayah kurang lebih 183,512ha. Sebagian besar warga di desa ini berprofesi sebagai petani, khususnya pemilik penggarap. Hal itu dapat dilihat dari kepemilikan lahan pertanian yang terbentang luas mengelilingi desa tersebut. Pertanian sebagai sumber utama pendapatan bagi para warga di wilayah ini. Jumlah penduduk Desa Tersidi Lor pada tahun 2008 yaitu 1706 orang yang terbagi dalam 451 KK. Menurut jenis kelamin penduduk perbandingan antara jumlah penduduk pria dan wanita di Desa Tersidi Lor lebih banyak penduduk pria. Jumlah penduduk pria yaitu sejumlah 866 sedangkan penduduk wanitanya sejumlah 840 orang.

Penguasaan aset rumah tangga sebagian besar responden menggunakan kayu jati dan kayu tahunan sebagai kerangka dan dinding rumahnya dengan atap yang sudah bergenting dan lantai ubin. Pada responden sebagian besar sudah memiliki TV sebagai sarana hiburan. Banyak dijumpai alat transportasi yang biasa digunakan responden adalah sepeda, dan sepeda motor karena mudah untuk dikendarai dan lebih efektif dalam menjangkau daerah yang jauh, selain itu adanya angkutan umum memudahkan responden yang tidak memiliki alat transportasi sendiri dalam bepergian apabila harus menjangkau daerah yang jauh.

Hampir seluruh responden memilih puskesmas sebagai pelayanan kesehatan karena selain jaraknya yang dekat dan mudah dijangkau, biayanya juga lebih murah bahkan ada juga yang bebas biaya untuk warga yang benar-benar tidak mampu dengan memiliki bukti kartu sehat yang harus dibawa saat berobat. Pola makanan pokok pada semua responden adalah nasi sepanjang tahun, yaitu dengan pola makan nasi tiga kali sehari.

Rata-rata responden pada di desa Tersidi Lor mempunyai lahan usahatani berupa sawah dan pekarangan dengan luas lahan yang cukup besar mencapai lebih dari seratus ubin setiap kepala keluarga. Berkaitan dengan hal tersebut maka diperlukan biaya yang relatif besar baik untuk pembibitan, kebutuhan pupuk dan untuk pemakaian tenaga kerja luar guna membantu mengolah tanah, walaupun pada umumnya diutamakan tenaga kerja keluaga dan pemeliharaan tanaman dengan baik agar diperoleh hasil yang optimal dalam mencukupi kebutuhan, baik untuk konsumsi pangan maupun non pangan.

Penduduk Desa Tersidi Lor pada tahun 2008 pada umumnya adalah lulusan SD, yaitu sejumlah 1034 orang. Di Desa Tersidi Lor hanya terdapat 1 TK dan 3 SD tetapi tidak ada SLTP dan SLTA sehingga untuk melanjutkan ketingkat yang lebih tinggi harus bersekolah keluar daerah yang jaraknya cukup jauh. Hal ini menyebabkan masyarakat Desa Tersidi Lor mempunyai tingkat pendidikan yang masih tergolong rendah. Hal tersebut dapat diketahui dari jumlah lulusan SLTP hanya berjumlah 221 orang dan SLTA berjumlah 232 orang, yang sangat jauh jumlahnya bila dibandingkan dengan lulusan SD yang jumlahnya mencapai 1034 orang. Hanya beberapa saja yang melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi dengan jumlah lulusan perguruan tinggi berjumlah 48 orang. Mereka yang bisa melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi adalah mereka yang berasal dari keluarga yang mampu untuk membiayai biaya sekolah keluar desanya yang membutuhkan biaya yang mahal. Dari keluarga petani hanya perangkat desa yang mempunyai lahan sangat luas seperti Pak Lurah yang dapat menyekolahkan anaknya sampai jenjang perkuliahan.

Sistem vegetasi tanaman semusim yang ada adalah padi dan kedelai. Pada musim tanam I para petani secara serentak menanam padi, biasanya terjadi dua kali dalam satu tahun. Pada musim tanam I biasanya benih padi dibeli dari toko saprodi. Padi yang cenderung ditanam adalah varietas IR 64. Pada musim tanam II petani masih sama yaitu menanam padi. Benih yang ditanam tidak berasal dari kios tetapi diambil dari hasil panen pada musim tanam I. Hal ini dilakukan untuk menghemat biaya produksi dan memaksimalkan benih padi karena gabah dari dua atau tiga panen musim tanam sebelumnya masih baik untuk dijadikan benih padi. Sadangkan pada masa tanam III petani menanami sawahnya dengan kedelai, yang pada umumnya bervarietas rawung.

Total pendapatan pada responden di Desa Tersidi Lor sebagian besar diperoleh dari usaha pertanian dan di luar usaha pertanian. Pada usaha pertanian diperoleh dari usaha tani sawah, pekarangan, dan ternak sendiri. Pada usaha tani sawah sebagian hasil panennya digunakan untuk konsumsi keluarga dan sebagian lagi dijual untuk pemenuhan kebutuhan-kebutuhan lain. Sedangkan untuk usaha tani ternak sendiri dan pekarangan hasilnya digunakan untuk pemenuhan konsumsi keluarga. Di luar usaha pertanian usaha yang dilakukan adalah usaha dagang dan warung kecil.

Penerimaan dari usaha tani sebesar Rp.14.900.150,00 dengan biaya Rp. 3.006.808,00 dan pendapatan Rp. 11.893.343,00. Penerimaan rata-rata masing-masing petani dari usaha tani selain sawah senilai Rp.1.034.900,00, untuk biaya sebesar Rp.74.200,00, dan untuk pendapatan sebesar Rp. 960.700,00. pendapatan dari luar usaha pertanian senilai Rp. 8.165.850,00. Dan untuk total pendapatan petani baik dari usaha tani maupun luar usaha tani rata-rata pada masing-masing petani per tahun sebesar Rp. 21.068.626,00.

Konsumsi rumah tangga responden petani terdiri dari konsumsi makanan, konsumsi bukan makanan, konsumsi pakaian, perumahan dll. Pada konsumsi makanan terdiri dari bahan pokok pangan maupun tambahan. Konsumsi bukan makanan terdiriu dari pengguinaan peralatan mandi dan cucian. Dari ketiga kebutuhan konsumsi tersebut, kebutuhan konsumsi pakaian, perumahan, dll pengeluarannya paling besar. Total konsumsi rata-rata petani per tahun mencapai Rp.11.192.280,00.

Strategi Bertahan hidup rumah tangga responden di Desa Tersidi Lor sebagian besar sudah menyesuaikan konsumsi dengan pendapatan dan menghemat pengguinann barang. Sebagian besar memanfaatkan pekarangan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Untuk tambahan pendapatan diluar pertanian rumah tangga petani melakukan usaha bakul atau warng kecil. Petani di Desa Tersidi Lor tergolong petani yang mandiri karena tidak menggantungkan bantuan dari pemerintah maupun pihak lain. Apabila ada yang memanfaatkan bantuan baik dari pemerintah atau pihak lain jumlahnya pun sedikit. Pada umunnya penduduk di Desa Tersidi Lor masih menggantungkan hidupnya pada usaha pertanian di desannya sendiri. Hal ini dapat dibuktikan dengan sedikitnya jumlah penduduk yang merantau atau bekerja di daerah lain.

VI. KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil praktikum Ekonomi Pertanian yang telah dilaksanakan pada tanggal 22-24 Mei 2009 di Desa Tersidi Lor, Kecamatan Pituruh, Kabupaten Purworejo dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut:

1. Karakteristik Desa Tersidi Lor, Kecamatan Pituruh, Kabupaten Purworejo.

a. Karakteristik Wilayah Desa Tersidi Lor terletak pada dataran rendah dengan ketinggian 16 m di atas permukaan laut dengan luas desa ini mencapai 183,52 ha.

b. Karakteristik penduduk di Desa Tersidi Lor, Kecamatan Pituruh, Kabupaten Purworejo:

1) Jumlah penduduk Desa Tersidi Lor tahun 2009 adalah 1706 jiwa, dengan jumlah kepala keluarga sebanyak 451 KK.

2) Jumlah penduduk menurut umur paling banyak di atas 19 tahun.

3) Tingkat pendidikan rata-rata orang tua penduduk Desa Tersidi Lor Sebagian besar tingkat SD ada 1034 orang, sedangkan untuk SMP ada 221, SMA/SMK ada 232 orang dan Perguruan Tinggi 48 orang.

4) Sebagian besar penduduk Desa Tersidi Lor bermata pencaharian sebagai petani pemilik. Adapun mata pencaharian lain yaitu buruh tani, buruh bangunan, dagang, dsb.

c. Karakteristik tata guna lahan di Desa Tersidi Lor, Kecamatan Pituruh, Kabupaten Purworejo secara umumdgunakan untuk persawahan dengan komoditas utama padi dan kedelai. Tanaman keras di Desa Tersidi Lor berupa kelapa dan Kebanyakan para petani beternak ayam kampung.

d. Karakteristik Kegiatan sosial ekonomi pedesaan hanya terdapat sedikit warung dan kondisi prasarana dan sarana transportasi cukup memadai. Sarana kesehatan sangat kurang, sarana saprodi juga belum ditemukan, sedangkan untuk sarana penunjang lain dapat dikatakan sudah memnuhi.

2. Karakteristik Rumah Tangga Responden desa Tersidi Lor, Kecamatan Pituruh, Kabupaten Purworejo.

a. Jumlah anggota rumah tangga responden ada 96 orang, dengan rata-rata umur suami 41-50 dan umur istri dari 31-40 dan 51-60. Pendidikan suami kebanyakan 9 tahun sedangkan istri 6 tahun dan jenis usaha yang menghasilkan yaitu usaha tani lahan sendiri.

b. Penguasaan lahan di Desa tersidi lor termasuk luas dengan luas pekarangan 24.378,4 m2 dan luas bangunan 2.055.5 m2. Keadaan bangunan rumah penduduk hampir seluruhnya adalah berdinding tembok dan beratap genting.

c. Seluruh penduduk di Desa Tersidi Lor sudah menggunakan penerangan listrik. Sedangkan untuk penggunaan bahan bakar, sebagian besar penduduk masih banyak yang menggunakan kayu dan sebagian kecil menggunakan minyak tanah.

d. Kepemilikan kamar mandi dan WC sudah cukup baik dan untuk kepemilikan a;at transportasi masih didominasi oleh sepeda dan sebagian sudah ada yang memiliki sepeda motor.

e. Akses terhadap pendidikan sudah cukup bagus dan merata, akses terhadap kesehatan masih terbatas pada puskesmas yang biayanya murah dan letaknya dekat, sedangkan untuk pola pangan pokok berupa nasi sepanjang tahun dengan frekuensi makan 3 kali sehari.

3. Pendapatan dan Konsumsi Rumah Tangga Petani di Desa Tersidi Lor, Kecamata Pituruh, Kabupaten Purworejo.

a. Besar penerimaan usaha tani sawah Rp. 14.900.150,00 dengan biaya Rp.3.006.808,00 dan pendapatan Rp. 11.893.343,00. pendapatan dari usaha tani selain sawah Rp. 960.700,00 dan dari luar usaha pertanian sejumlah Rp.8.165.860,00. Sehingga total pendapatan dari usaha tani maupun di luar usaha tani senilai Rp. 21.086.626,00.

b. Total Konsumsi rumah tangga yang terbesar pada 20 responden petani di Desa Tersidi Lor yaitu konsumsi pakaian, perumahan senilai Rp.11.192.280,00.

c. Rata-rata tabungan rumah tangga responden adalah Rp.9.876.190,00 per tahun.

d. Strategi Bertahan hidup rumah tangga responden diantaranya dengan penyesuaian konsumsi dengan pendapatan, hemat barang, memanfaatkan bantuan pemerintah, memanfaatkan linkungan/ pekarangan dan menuggu kiriman keluarga yang merantau.

B. SARAN

1. Perlu adanya pengarahan tentang pentingnya faktor pendidikan agar kualitas Sumber Daya Manusia penduduk dapat meningkat pada masa yang akan datang.

  1. Perlu adanya pembangunan sarana dan prasarana pendidikan, sehingga para penduduk di Desa Tersidi Lor tidak perlu pergi ke kota untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.
  2. Perlu mengoptimalkan pembinaan dan penyuluhan pertanian, karena petani di Desa Tersidi Lor menganggap penyuluhan yang dilakukan kurang efektif dan efisien.
  3. Pemerintah perlu membangun sarana, prasarana, dan fasilitas sosial terutama fasilitas kesehatan social yang lebih baik. Selain itu diperlukan perbaikan sarana transportasi terutama perbaikan jalan.
  4. Perlu adanya penambahan jaringan komunikasi untuk memperlancar arus komunikasi.
  5. Perlu adanya peningkatan fasilitas jaringan listrik karena dirasa listrik di Desa Tersidi Lor masih kurang maksimal penyalurannya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar