LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI BENIH
Disusun oleh:
Nama :Ferdian Adi Aris T
Nim : H0708099
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2010
ACARA I
PENGUJIAN BERAT 1000 BENIH DAN KEMURNIAN BENIH
A. PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Benih adalah faktor penetu pertama berhasilnya pertanian yang dilakukan. Benih yang baik akan mendatangkan hasil yang baik pula bagi pertanian yang di kembangkan. Namun sebaliknya benih yang buruk mampu mengakibatkan kegagalan hasil pada pertanian yang diusahakan. Oleh karena itu perlu adanya pengujian benih untuk mendapatkan benih yang baik untuk pertanian yang diusahakan.
Pengujian benih ini dilakukan untuk mengetahui kualitas benih. Penentuan kualitas ini dapat ditentukan berdasarkan bobot seribu benih dan pengujian kemurnian benih. Pengujian kemurnian benih adalah pengujian atas dasar keselarasan dengan faktor kualitas benih. Faktor kualitas benih yaitu prosentase benih murni, benih tanaman lain, biji herba, kotoran yang tercampur, daya dan kecepatan kecambah, daya tumbuh benih, terbebasnya benih dari penyakit, kadar air serta hasil pengujian berat benih perseribu benih.
Pengujian kemurnian benih penelaahan tantang kepositifan komponen benih yaitu prosentase benih murni, benih tanaman lain,varietas lain, biji herba dan kotoran.
Penujian bobot seribu benih adalah kegiatan menelaah benih dengan membandingkan dengan bobot benih dengan deskripsi yang telah ada sehingga dapat diketahui kualitas benih. Benih dengan bobot besar dapat dianggap baik karena dimungkinkan benih tersebut benar-benar masak pada saat pemanenanya. Berbeda dengan bibit yang pemanenannya sebelum masak maka bibit itu akan ringan.
2. Tujuan Praktikum
Praktikum acara I pengujian berat 1000 benih dan kemurnian benih bertujuan :
a. Untuk mengetahui kualitas benih ditinjau dari berat 1000 benih.
b. Untuk mengetahui kualitas benih ditinjau dari tingkat kemurnian benih.
B. TINJAUAN PUSTAKA
Penentuan berat untuk 1000 butir benih dilakukan karena karakter ini merupakan salah satu ciri dari suatu jenis benih yang juga tercantum dalam deskripsi varietas. Benih dapat dihitung secara manual dengan menggunakan sebuah spatula dan diletakkan pada sebuah tempat dengan warna permukaan kontras terhadap berwarna benih, kemudian jumlah benih tersebut ditimbang. Pekerjaan menghitung jumlah benih akan lebih mudah dengan alat penghitung automatik. Bila alat tersebut digunakan secara benar maka tingkat ketepannya adalah sekitar + 5 % (Sutopo, 2002).
Kemurnian benih diartikan sebagai komposisi dari suatu lot benih tertentu. Hal itu didasarkan pada penentuan atau determinasi fisik komponen-komponen yang ada dan termasuk persentase dari berat: (1) benih murni, (2) benih tanaman lain, (3) benih gulma, dan (4) bahan atau benda mati. Benih murni adalah bagian dari sampel yang dikerjakan, yang diwakili oleh spesies tanaman yang sedang diuji; yang pada kondisi yang sebenarnya, termasuk persentase masing-masing spesies tanaman yang ada dengan konsentrasi kurang dari lima persen. Biji gulma menunjukkan persentase keberadaan dari biji-biji tanaman yang disebut gulma. Kadang-kadang susunan ini dapat benar-benar subjektif, sehingga mungkin suatu tumbuhan dianggap sebagai tanaman budidaya di suatu negara tetapi dianggap sebagai gulma di tempat lain. Benda mati didefinisikan sebagai bagian dari suatu sampel yang bukan benih, biasanya tersusun atas patahan batang, batu-batu kecil, tetapi dapat juga pecahan-pecahan benih, biji-biji rusak, atau biji tanaman yang belum masak atau biji-biji gulma yang bukan termasuk dalam kriteria sebagai benih yang dimaksud. Kriteria untuk perbedaan ini pasti dan ditentukan dalam aturan untuk pengujian (Copeland, 1976).
Pengujian kemurnian benih adalah pengujian yang dilakukan dengan memisahkan tiga komponen benih murni, benih tanaman lain, dan kotoran benih yang selanjutnya dihitung presentase dari ketiga komponen benih tersebut. Tujuan analisis kemurnian adalah untuk menentukan komposisi benih murni, benih lain dan kotoran dari contoh benih yang mewakili lot benih. Untuk analisis kemurnian benih, maka contoh uji dipisahkan menjadi 3 komponen sebagai berikut :
a) Benih murni, adalah segala macam biji-bijian yang merupakan jenis/ spesies yang sedang diuji. Yang termasuk benihmurni diantaranya adalah :
Ø Benih masak utuh
Ø Benih yang berukuran kecil, mengkerut, tidak masak
Ø Benih yang telah berkecambah sebelum diuji
Ø Pecahan/ potongan benih yang berukuran lebih dari separuh benih yang sesungguhnya, asalkan dapat dipastikan bahwa pecahan benih tersebut termasuk kedalam spesies yang dimaksud
Ø Biji yang terserang penyakit dan bentuknya masih dapat dikenali
b) Benih tanaman lain, adalah jenis/ spesies lain yang ikut tercampur dalam contoh dan tidak dimaksudkan untuk diuji.
c) Kotoran benih, adalah benih dan bagian dari benih yang ikut terbawa dalam contoh. Yang termasuk kedalam kotoran benih adalah:
Ø Benih dan bagian benih
Ø Benih tanpa kulit benih
Ø Benih yang terlihat bukan benih sejati
Ø Bijihampa tanpa lembaga pecahan benih ≤ 0,5 ukuran normal
Ø Cangkang benih
Ø Kulit benih
Ø Bahan lain
@ Sekam, pasir, partikel tanah, jerami, ranting, daun, tangkai, dll.
( Nasrudin,
C. METODE PRAKTIKUM
1. Waktu dan Tempat Praktikum
Praktikum Teknologi Benih acara 1 Pengujian Berat 1000 Benih dan Kemurnian Benih dilaksanakan pada hari Selasa, 13 April 2010 pukul 13.00-15.00 di Laboratorium Ekologi dan Manajemen Produksi Tanaman Fakultas Pertanian UNS.
2. Alat dan Bahan
a. Alat
1) Timbangan analitik
2) cawan alumunium
3) nampan plastik
4) kalkulator.
b. Bahan
1) Benih Padi (Oryza sativa)
2) benih kacang hijau
3) benih kedelai (Glicine max )
4) benih jagung (Zea mays )
3. Cara Kerja
a. Pengujian berat 1000 benih
1) Menimbang 1000 benih dan diulang lima kali.
2) Menghitung berat 1000 benih dan standart deviasinya.
3) Menentukan berat 1000 benih maksimum dan minimum.
b. Pengujian kemurnian benih
Mengamati kemurnian benih dengan cara:
1) Mengambil contoh benih 400 gr.
2) Mengambil 40 gr dari contoh benih.
3) Ke 40 gr contoh dilakukan pemisahan: benih murni, benih tanaman lain atau varietas lain, biji-bijian herba dan kotoran atau benda mati. Menimbang dari masing-masing bagian dengan ketelitian dua desimal.
4) Untuk mengetahui identitas benih tanaman lain atau varietas lain, sisa contoh benih (360 gr) diperiksa kembali, selanjutnya dijumlah dengan hasil perhitungan dari contoh 40 gr.
5) Setiap komponen yang diperoleh dari contoh yang 40 gr dinyatakan dalam presentase.
6) Selisih berat antara contoh benih pengujian semula dengan jumlah berat keempat komponen harus kurang dari 1%. Komponen yang kurang dari 0,05% dinyatakan sebagai jumlah yang terlalu sedikit (trace).
D. HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Hasil Pengamatan
Tabel 1.1 Pengamatan Berat 1000 Benih
Ulangan | Berat 1000 Benih |
|
|
1 | 173,8 gr | 11,36 gr | 129,05 |
2 | 154 gr | 8,44 gr | 71,23 |
3 | 175,8 gr | 13,36 gr | 178,5 |
4 | 157 gr | 5,44 gr | 29,59 |
5 | 151,6 gr | 10,84 gr | 109,83 |
Jumlah | 812,20 gr | 49,44 gr | 518,2 |
Rata-rata | 162,44 gr | 9,888 gr |
|
Sumber: Laporan Sementara
Tabel 1.2 Pengamatan Kemurnian Benih
Ulangan | Berat Benih Murni | Berat Tanaman Lain | Biji Herba | Benda Mati | |
40 gr | 360 gr | ||||
1 | 351,77 gr | 6,49 gr | 36,64 gr | - | 5,10 gr |
2 | 325,40 gr | 7,10 gr | 64,10 gr | - | 2,50 gr |
3 | 279,60 gr | 6,60 gr | 111,70 gr | - | 2,10 gr |
4 | 305,40 gr | 10,00 gr | 78,60 gr | - | 1,00 gr |
5 | 219,38 gr | 5,00 gr | 173,70 gr | - | 1,92 gr |
Rata-rata | a=296,31 gr | b=7,04 gr | c=92,95 gr | d= - | e=2,52 gr |
Sumber: Laporan Sementara
2. Pembahasan
Pengujian benih bertujuan untuk mengkaji dan menetapkan nilai setiap contoh benih yang perlu diuji selaras dengan faktor kualitas. Faktor kualitas benih ditentukan oleh persentase dari benih murni, benih tanmaan lain, biji herba, terbebasnya benih dari penyakit dan hama tanaman, kadar air benih serta hasil pengujian berat per seribubiji benih, sedangkan pengujian kemurnian benih merupakan kegiatan-kegiatan menelaah tentang kepositifan fisik komponen-komponen benih termasuk pula persentase berat dari benih murni, benih tanaman lain, benih varietas lain, biji-biji herba dan kotoran-kotoran lain pada masa benih.
Table 1.1 mengenai pengujian berat 1000 benih menunjukan berat benih rata-rata 162,44 gram dengan standard deviasi 0. standard deviasi menunjukan tingkat keseragaman benih, semakin tinggi standard deviasi berati semakin beragam komponen benih dan sebaliknya. Standard deviasi 0 artinya benih sangat seragam. Keseragaman ini memungkinkan perkecambahan benih yang seragam.
Standard deviasai dapat digunakan dalam menentukan berat maksimum dan minimum benih. Pada praktikum kali ini berat maksimum dan minimumnya sama yaitu 162,44 gram karena standard deviasinya sama. Berat maksimu dan minimum digunakan untuk menentukan benih yang baik yaitu antara berat maksimim dan minimum terebut.
Berdasarkan tabel 1.2 Pengamatan Kemurnian Benih diperoleh berat benih murni sebesar 296,31 gram. Hasil ini diperoleh setelah benih tersebut dipisahkan dari komponen-komponen seperti benih tanaman lain, benih herba, dan kotoran yang terdapat pada benih uji. Dari 40 gram benih uji diperoleh persentase berat benih tanaman lain sebesar 17,6 % (7,04 gr), dari 360 gram benih uji diperoleh presentase berat benih tanaman lain sebesar 25,82 % (92,95 gr), berat biji herba 0 % (0gr), dan berat benda mati atau kotoran sebesar 0,63 % (2,52 gr). Berdasar hasil tersebut, dapat dijelaskan bahwa kemurnian benih agak tinggi yaitu 74,08 % karena tingkat kontaminasi komponen yang lain cukup rendah rendah.
E. KESIMPULAN
1. Kesimpulan
Kesimpulan yang didapat dari praktikum Pengujian Berat 1000 Benih dan Kemurnian Benih antara lain :
a. Berat rata-rata 1000 benih adalah 162,44 gram dengan standard deviasi 0 sehingga berat maksimum dan ninimumnya sama yaitu 162,44 gram.
b. Standard deviasi 0 berarti keseragaman nya sangat rendah sehingga dimungkinkan perkecambahan benih akan seragam saay di kecambahkan.
c. Kemurnian benih agak tinggi yaitu 74,08% karena tingkat kontaminasi komponen yang lain pada benih cukup rendah.
d. Benih pada praktikum ini mutunya baik karena kemurniannya tinggi. .
2. Saran
Saran untuk praktikum Pengujian Berat 1000 Benih dan Kemurnian Benih kali ini mohon koordinasi antar co-assisten lebih ditingkatkan lagi sehingga tidak terjadi miss-cominicatioan dan alat-alat serta bahan sudah dipersiapkan terlebih dahulu.
DAFTAR PUSTAKA
Anonom. 2010. Berat 1000 Butir Biji. http://daunmudha.blogspot.com/. Diakses pada tanggal 18 april 2010
Copeland, L. O. 1976. Principles of Seed Science and Technology. Burgess Publishing Company. Minnesota. 369p]
Imran, S., Syamsuddin, dan Efendi. 2002. Analisis vigor bneih padi (Oryza sativaL.) pada lahan alang-alang. Agrista 6(1):81-86.
Nasrudin. 2009. Kemurnian benih. http://teknologibenih.blogspot.com/. Diakses pada tanggal 18 april 2010
ACARA II
PENGUJIAN KADAR AIR BENIH
A. PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Kadar air pada benih adalah salah satu komponen yang harus diperhatikan pada pertanian. Kadar air benih berpengaruh pada penyimpanan benih. Penyimpanan benih pada kondisi kadar air tinggi dapat menurunkan kualitas benih. Hal ini karena dengan kadar air yang tinggi dimungkinkan benih cepat busuk. Selain itu dengan kondisi kadar air tinggi (lembab) memungkinkan jamur maupun bakteri untuk hidup sehingga kualitas dari benih tersebut menurun ataupun rusak.
Pengetahuan mengenai kadar air benih dapat digunakan untuk mengetahui saat yang teat untuk pemenenan. Kadar air pada pemanenan padipadian dan biji bijian yang tepat adalah sekitar 20%. Agar dapat disimpan cukup lama kadar air benih harus sekitar 11% - 13%.
Pada prinsipnya metode yang digunakan untuk penentuan kadar air ada dua macam yaitu metode dasar dan metode praktis. Yang termasuk metode dasar anatara lain metode oven, metode destilasi, metode karl fisher. Sedangkan metode praktis terdiri dari metode calcium carbide dan metode electric moisture meter.
2. Tujuan Praktikum
Praktikum acara II pengujian kadar air benih bertujuan :
a. Untuk menguji kadar air benih dengan metode dasar.
b. Untuk menguji kadar air benih dengan metode praktis.
B. TINJAUAN PUSTAKA
Penentuan kadar air benih dari suatu kelompok benih sangat penting untuk dilakukan. Karena laju kemunduran suatu benih dipengaruhi pula oleh kadar airnya. Di dalam batas tertentu,makin rendah kadar air benih makin lama daya hidup benih tersebut. (Sutopo,L.1985).
jumlah air dalam suatu benih merupakan kadar airnya, yang diukur berdasarkan berat basah atau berat kering benihnya. Bila kadar air benih diberikan berdasarkan berat basahnya, maka jumlah airnya merupakan persentase dari berat benih sebelum airnya dihilangkan. Bila kadar air benih dinyatakan berdasarkan berat keringnya, maka jumlah airnya merupakan persentase berat benih setelah airnya dihilangkan. Selama perkembangan, pemasakan, dan pematangan, kadar air benih menurun perlahan-lahan hingga benih yang dipanen akhirnya mongering samapai batas yang tidak ada lagi penurunan kelembaban, karena kadar airnya telah mencapai keseimbangan dengan kelembaban nisbi lingkungan sekitarnya. Bila terjadi perubahan selanjutnya pada kadar air (Justice dan Louis,1990).
Pada kadar air 13-18 % laju respirasi benih masih tinggi, peka terhadap cendawan dan hama gudang akan tetapi tahan terhadap kerusakan mekanis. Pada kadar 10-13 % benih hama gudang masih menjadi masalah dan peka terhadap kerusakan mekanis. Pada kadar 8-10 % aktivitas hama gudang terhambat akan tetapi peka terhadap kerusakan mekanis. Kadar air 4-8 % merupakan kadar yag aman untuk penyimpanan kemasan kedap udara. Kadar air 0-4 % merupakan kadar yang terlalu ekstrim dan untuk beberapa biji dapat menyebabkan biji keras.penyimpanan pada kadar 33-6-% dapat menyebabkan benih berkecambah. Kadar air sangat menpengaruhi aktivitas cendawan dan hama gudang. Hama gudang biasanya aktif pada kadar 12-14 % dan menjadi kurang aktif pada kadar di bawah 8 % atau di atas 14 %. Sedangkan cendawan gudang aktif pada kadar 13-19 %. Cendawan tersebut misalnya Aspergillus dan Penicillium (Akmal, 2009).
C. METODE PRAKTIKUM
1. Waktu dan Tempat Praktikum
Praktikum Teknologi Benih acara 2 Pengujian Kadar Air Benih dilaksanakan pada hari Selasa, 13 April 2010 pukul 13.00-15.00 di Laboratorium Ekologi dan Manajemen Produksi Tanaman Fakultas Pertanian UNS.
2. Alat dan Bahan
a. Benih kedelai
b. Timbangan analitik, oven, alat penguji kadar air benih, cawan alumunium, eksikator.
3. Cara Kerja
a. Metode Dasar
1) Menimbang cawan alumunium yang telah dipanaskan terlebih dahulu (w1 gr).
2) Menimbang cawan alumunium + contoh benih (w2 gr).
3) Cawan + contoh benih dipanaskan dalam oven 30 menit pada suhu 130o C.
4) Cawan + contoh benih didinginkan dalam eksikator selama 15 menit.
5) Menimbang cawan + contoh benih yang telah didinginkan (w3 gr).
6) Menghitung presentasse air yang dilepaskan dengan rumus:
b. Metode Praktis
1) Menyiapkan peralatan.
2) Mengoperasikan alat sesuai dengan petunjuk yang ada.
3) Menghitung kadar air benih.
D. HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Hasil Pengamatan
Tabel 2.1 Pengamatan Kadar Air Benih dengan Metode Dasar
Ulangan | w1 | w2 | w3 | w2- w3 | w2- w1 | Kadar Air (%) |
1 | 5,62 | 15,66 | 15,55 | 0,11 | 10,04 | 1,09% |
2 | 5,82 | 15,86 | 15,74 | 0,12 | 10,04 | 1,19% |
3 | 5,73 | 15,77 | 15,68 | 0,09 | 10,04 | 0,89% |
4 | 14,24 | 24,32 | 24,25 | 0,07 | 10,08 | 0,69% |
5 | 6,13 | 16,13 | 16,01 | 0,12 | 10 | 2% |
Rata-rata | 7,51 | 17,55 | 17,45 | 0,10 | 10,04 | 1,17% |
Sumber: Laporan Sementara
Tabel 2.2 Pengamatan Kadar Air Benih dengan Metode Praktis
Ulangan | Kada Air (%) |
1 | 8,5% |
2 | 8,9% |
3 | 8,3% |
4 | 8,4% |
5 | 8,4% |
Rata-rata | 8,5% |
Sumber: Laporan Sementara
2. Pembahasan
Kadar air adalah kandungan air yang ada pada benih. Kadar air dapat dicari dengan menghitung jumlah air yang hilang dari sample setelah dikeringkan. Kadar air benih merupakan salah satu komponen yang harus diketahui baik untuk tujuan pengolahan, maupun penyimpanan benih. telah diketahui bahwa kadar air mempunyai dampak besar terhadap benih selama penyimpanan. Kadar air benih merupakan faktor yang sangat berpengaruh terhadap mutu benih. Kadar air benih sangat berkait erat dengan mutu fisik, fisiologis, dan patologis. Proses panen yang dilakukan pada benih berkadar air tinggi akan mengakibatkan benih memar. Sebaliknya, jika terlalu kering, proses perontokan dapat mengakibatkan benih retak. Demikian pula dalam proses pengeringan, benih berkadar air tinggi yang dikeringkan dengan suhu tinggi (kecepatan pengeringan tinggi) dapat terjadi pengerasan pada kulit benih.
Berdasarkan tabel 2.1 Pengamatan Kadar Air Benih dengan Metode Dasar, benih kedelai yang diuji dan berdasarkan perhitungan mempunyai kadar air sebesar 1,17 %. Berdasarkan tabel 2.2 Pengamatan Kadar Air Benih dengan Metode Praktis, benih kedelai yang diuji dengan menggunakan alat seed moisture tester mempunyai kadar air sebesar 8,5%.
Terdapat perbedaan yang sangat mencolok pada penghitungan kadar air dengan 2 metode di atas. Hal ini kemungkinan terjadi karena pada metode dasar benih mengalami fluktuasi kadar air. Benih bersifat higroskopis sehingga dapat menyerap kembali uap air dari lingkungan pada saat pendinginan sampai kondisinya seimbang dengan lingkungan luar. Sedangkan pada metode praktis, tingkat interaksi antara benih dengan lingkungan rendah sehingga pengaruh lingkungan dapat diminimalkan. Maka dapat disimpulkan bahwa metode praktis mudah dilakukan tetapi hasilnya kurang teliti bila dibandingkan dengan metode dasar sehingga sering perlu dikalibrasikan terlebih dahulu.
E. KESIMPULAN
1. Kesimpulan
Kesimpulan yang didapat dari praktikum Pengujian Kadar Air Benih antara lain:
a. Pengujian kadar air benih dengan metode dasar diperoleh rata-rata persentase kadar air sebesar 1,17%.
b. Pengujian kadar air benih dengan metode praktis diperoleh rata-rata persentase kadar air sebesar 8,5%.
c. Kadar air dapat dihutung dengan menghitung kadar iar yang hilang pada saat pengeringan.
d. Persentase kadar air metode dasar lebih kecil dibandingkan dengan persentase kadar air metode praktis.
e. Persentase kadar air metode dasar lebih kecil karena pada pengukuran dengan metode dasar mengalami fluktuasi kadar air (tidak stabil) dan benih bersifat higroskopis sehingga dapat menyerap kembali uap air dari lingkungan pada saat pendinginan sampai kondisinya seimbang dengan lingkungan luar.
2. Saran
Saran untuk praktikum Pengujian Kadar Air Benih kali ini mohon koordinasi antar co-assisten lebih ditingkatkan lagi sehingga tidak terjadi miss-cominicatioan dan alat-alat serta bahan sudah dipersiapkan terlebih dahulu.
DAFTAR PUSTAKA
Akmal. 2009. Faktor Lingkungan Yang Mempengaruhi Benih. www.dephut.go.id. Diakses pada tanggal 18 April 2010.
Justice, O.L., dan Louis, N.B. 1990. Prinsip Dan Praktek Penyimpanan Benih. Rajawali, Jakarta. 446 hal.
Sutopo, L. 1985. Teknologi Benih. CV. Gramada, Jakarta. 247 hal.
Renhas Dwi A. 2010. Pengukuran kadar air benih. http://www.renhaz.com. Diakses pada tanggal 18 April 2010.
ACARA IV. DORMANSI BENIH
A. Pendahuluan
1. Latar Belakang.
Dormansi benih berhubungan dengan usaha benih untuk menunda perkecambahannya, hingga waktu dan kondisi lingkungan memungkinkan untuk melangsungkan proses tersebut. Dormansi dapat terjadi pada kulit biji maupun pada embryo. Biji yang telah masak dan siap untuk berkecambah membutuhkan kondisi klimatik dan tempat tumbuh yang sesuai untuk dapat mematahkan dormansi dan memulai proses perkecambahannya. Pretreatment skarifikasi digunakan untuk mematahkan dormansi kulit biji, sedangkan stratifikasi digunakan untuk mengatasi dormansi embryo.
Benih yang mengalami dormansi ditandai oleh:
a. Rendahnya/tidak adanya proses imbibisi air
b. Proses respirasi tertekan/terhambat
c. Rendahnya proses mobilisasi cadangan makan
d. Rendahnya proses metabolisme cadangan makan
Secara umum, dormansi dikelompokkan menjadi 2 tipe yaitu:
a. Dormansi fisik, disebabkan oleh pembatasan struktural terhadap perkecambahan biji, seperti kulit biji yang keras dan kedap sehingga menjadi penghalang mekanis terhadap masuknya air atau gas-gas ke dalam biji.
b. Dormansi fisiologis, pada umumnya disebabkan oleh zat pengatur tumbuh, baik yang berupa penghambat maupun perangsang tumbuh.
Pematahan dormansi dapat dilakukan dengan, perendaman biji dalam air hangat, skarifikasi biji atau dapat menggunakan zat kimia. Dormansi dapat disebabkan oleh kulit biji yang impermeabel terhadap faktor-faktor perkecambahan seperti O2 dan H2O, zat penghambat perkecambahan (tannin dan ABA), atau karena sebab lain seperti benih yang belum sempurna dan belum masak secara fisiologis.
2. Tujuan Praktikum.
Tujuan dari praktikum acara dormansi benih ini adalah untuk mengetahui periode dan cara mengatasi dormansi benih.
B. Tinjauan Pustaka
Dormansi pada benih menggambarkan keadaan benih yang sudah masak secara fisiologis dan hidup tetapi gagal berkecambah dalam kondisi optimum. Dormansi pada benih padi misalnya, merupakan mekanisme untuk melindungi gabah berkecambah pada saat masih dilapang dalam kondisi basah. Berbagai metode pematahan dormansi yang direkomendasikan untuk digunakan dalam pengujian daya kecambah telah terdokumentasi dengan baik, namun efektivitasnya sangat dipengaruhi oleh varietas, intensitas dormansi, dan periode after ripening (Seshu, 1986).
Dormansi benih dapat disebabkan antara lain adanya impermeabilitas kulit benih terhadap air dan gas (oksigen), embrio yang belum tumbuh secara sempurna. Hambatan mekanis kulit benih terhadap pertumbuhan embrio, belum terbentuknya zat pengatur tumbuh atau karena ketidakseimbangan antara zat penghambat dengan zat zat pengatur tumbuh di dalam embrio (Villers, 1972 cit. Saleh, 2004).
Biji yang telah masak dan siap untuk berkecambah membutuhkan kondisi klimatik dan tempat tumbuh yang sesuai untuk dapat mematahkan dormansi dan memulai proses perkecambahannya. Pretreatment skarifikasi digunakan untuk mematahkan dormansi kulit biji, sedangkan stratifikasi digunakan untuk mengatasi dormansi embry (Yeni, 2005).
Dormansi pada beberapa jenis buah disebabkan oleh: 1) struktur benih, misalnya kulit benih, braktea, gluma, perikarp dan membran, yang mempersulit keluar masuknya air dan udara; 2) kelainan fisiologis pada embrio; 3) penghambat (inhibitor) perkecambahan atau penghalang lain-lainnya; atau 4) gabungan dari faktor-faktor di atas (Justice dan Bass, 1979).
Biji yang telah masak dan siap untuk berkecambah membutuhkan kondisi klimatik dan tempat tumbuh yang sesuai untuk dapat mematahkan dormansi dan memulai proses perkecambahannya. Pretreatment skarifikasi digunakan untuk mematahkan dormansi kulit biji, sedangkan stratifikasi digunakan untuk mengatasi dormansi embryo (Yeni, 2005). Biji-biji keras pada spesies tanaman pertanian seringkali diskarifikasi sebelum penanaman untuk mempercepat, menyeragamkan penyerapan air, perkecambahan dan tegaknya tanaman. Mesin skarifikasi atau pelukaan mekanik memanfaatkan gerakan menggiling, mengaduk, atau memecah yang menggosok atau menggesek benih secara bersama-sama dan membenturkan pada permukaan abrasive. Walaupun metode ini meningkatkan permeabilitas air benih, tetapi harus digunakan dengan memperhatikan hal-hal tertentu. Skarifikasi yang ceroboh atau merugikan dapat mrusak benih/biji. Skarifikasi kimiawi dengan asam sulfat, asam hidroklorida, sodium hidroksida, aseton, serta alkohol yang juga telah digunakan. Asam sulfat yang dipakai paling luas dan efektif adalah dalam bentuk murni atau mentah dan terkonsentrasi/pekat. Walaupun demikian, terdapat pengecualian untuk biji-biji kapas, skarifikasi kimiawi tidak banyak dilakukan secara komersial, karena bahan-bahan tersebut sangat berbahaya/merugikan atau berisiko, biji harus benar-benar dibersihkan dan dikeringkan setelah perlakuan itu, serta penurunan perkecambahan dapat terjadi apabila dilakukan secara berlebihan (Copeland, 1976).
C. Metode Praktikum
1. Waktu dan Tempat Praktikum
Praktikum acara IV Dormansi Benih ini dilaksanakan pada hari Selasa tanggal 20 April 2010 pukul 13.00-15.00 WIB, bertempat di Laboratorium Ekologi dan Manajemen Produksi Tanaman Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta.
2. Alat dan Bahan
a. Alat
1) Petridish
2) Kertas buram
b. Bahan
1) Benih Padi (Oryza sativa)
2) Kalium Nitrat (KNO3)1%, 2%, 3%, 4%
3) Asam Sulfat H2SO4 0,1 N
4) Aquades
3. Cara Kerja
a. Merendam padi dalam larutan Kalium Nitrat (KNO3)1%, 2%, 3%, 4% dan Asam Sulfat H2SO4 0,1 N.
b. Menjemur benih tersebut hingga kadar airnya 14% (kurang lebih 4 hari.
c. Menanam benih tersebut sebanyak 400 biji dalam 4 ulangan untuk masing-masing ulangan selama 5 hari.
d. Menjaga kelembaban benih.
e. Menghitung daya kecambah.
D. Hasil dan Pembahasan
1. Hasil
Tabel 6.1 Jumlah Benih Padi yang Berkecambah
Kelompok | Kalium Nitrat (KNO3) | Asam Sulfat H2SO4 0,1 N | Rata rata | |||
1% | 2% | 3% | 4% | |||
1 (11) | 19 | 19 | 20 | 18 | 19 | 19 |
2 (19) | 19 | 15 | 13 | 15 | 18 | 16 |
3 (15) | 15 | 16 | 18 | 19 | 18 | 17,2 |
4 (17) | 17 | 19 | 17 | 19 | 18 | 18 |
5 (19) | 19 | 19 | 19 | 18 | 20 | 19 |
6 (20) | 20 | 20 | 14 | 13 | 18 | 17 |
Total | 109 | 108 | 101 | 102 | 111 | 106,2 |
Rata-rata | 18,17 | 18 | 16,83 | 17 | 18,5 | 17,2 |
Sumber : Laporan Sementara
KNO3 1% == 90,85%
KNO3 2% == 90%
KNO3 3% == 84,13%
KNO3 4% == 85%
H2SO4 0,1 N == 92,5%
2. Pembahasan
Benih berdormansi merupakan benih yang sebenarnya hidup, namun tidak berkecambah meskipun ditempatkankan pada kondisi yang memenuhi persyaratan untuk dapat berkecambah. Suatu benih yang mengalami dormansi tidak dapat mengalami pertumbuhan selama benih belum melalui masa dormansinya atau sebelum diberi perlakuan khusus yang dapat mematahkan dormansinya. Dormansi pada benih dapat berlangsung selama kurun waktu tertentu sesuai dengan jenis tanaman dan tipe dari dormansinya.
Perlakuan kimia dengan bahan-bahan kimia sering dilakukan untuk memecahkan dormansi pada benih. Tujuan utamanya adalah menjadikan agar kulit biji lebih mudah dimasuki oleh air pada waktu proses imbibisi. Larutan asam kuat seperti asam sulfat dengan konsentrasi pekat membuat kulit biji menjadi lunak sehingga dapat dilalui air dengan mudah. Asam ini menyebabkan kerusakan pada kulit biji dan dapat diterapkan pada legum maupun non legume. Tetapi metode ini tidak sesuai untuk benih yang mudah sekali menjadi permeable, karena asam akan merusak embrio. Lamanya perlakuan larutan asam harus memperhatikan 2 hal, yaitu:
1) Kulit biji atau pericarp yang dapat diretakkan untuk memungkinkan imbibisi.
2) Larutan asam tidak mengenai embrio.
Pematahan dormasi pada praktikum kali ini adalah dengan menggunakan zat kimia berupa kalium nitrat KNO3 dengan konsentrasi 1%, 2%, 3%, 4%, dan larutan asam sulfat (H2SO4) 0,1 N. benih yang digunakan adalah benih padi (Oryza sativa). Perendaman bibit padi dengan zat kimia tersebut adalah agar kulit luar padi yang berisifat impermeable terhadap udara dan air dapat lunak dan tidak menghalangi masuknya udara dan air tersebut. Jika kulit biji telah lunak oleh zat kimia tersebut maka dengan mudah udara dan air dapat masuk sehingga benih dapat tumbuh.
Data yang diperoleh menunjukan bahwa pematahan dormansi lebih efektif dengan asam sulfat 0,1 N. hal ini ditunjukan oleh prosentase keberhasilan pematahan dormansi yang lebih tinggi di bandingkan zat kimia lain yaitu 92,5%. Total benih yang berkecambah dengan perendaman KNO3 1% adalah sebanyak 109 dengan rata-rata sebesar 18,17 atau sekitar 90,85% dari seluruh benih yang dikecambahkan. Total benih yang berkecambah melalui perendaman KNO3 2% adalah sebanyak 108, dengan rata-rata sebesar 18 atau sekitar 90. Total benih yang berkecambah melalui perendaman KNO3 3% adalah sebanyak 101, dengan rata-rata sebesar 16,83 atau sekitar 84,11%. Sedangkan total benih yang berkecambah melalui perendaman KNO3 4% adalah sebanyak 102, rata-rata sebesar 17 atau sekitar 85% dari keseluruhan benih yang dikecambahkan. Kemudian total benih berkecambah melalui perendaman asam sulfat sebesar 111, rata-rata 18,5 atau 92,5% dari seluruh benih yang dikecambahkan. Asam sulfat merupakan cairan yang bersifat korosif sehingga mampu melunakkan kulit benih sehingga kulit benih menjadi lebih permeabel terhadap air dan oksigen sehingga jumlah benih yang berkecambah paling banyak.
Keefektifan metode pematahan dormansi dipengaruhi oleh penyebab dormansi, persistensi dan intensitas dormansi. Benih yang memiliki persistensi dormansi panjang dengan intensitas dormansi tinggi umumya lebih sulit dipatahkan dibandingkan dengan benih yang mempunyai persistensi dormansi pendek dengan intensitas dormansi rendah.
E. Kesimpulan dan Saran
1. Kesimpulan.
Kesimpulan yang dapat diambil dari praktikum Dormansi Biji antara lain :
a. Dormansi adalah keadaan dimana benih tidak berkecambah meskipun kondisi lingkungannya menguntungkan.
b. Dormansi dapat disebabkan oleh kerasnya kulit luar biji sehingga sifatnya impermeable terhadap air dan udara.
c. Perlakuan kimia dengan bahan-bahan kimia sering dilakukan untuk memecahkan dormansi pada benih. Tujuan utamanya adalah menjadikan agar kulit biji lebih mudah dimasuki oleh air pada waktu proses imbibisi.
d. Keefektifan metode pematahan dormansi dipengaruhi oleh penyebab dormansi, persistensi dan intensitas dormansi
2. Saran
Makusud dan tujuan praktikum cukup tersampaikan namun, semua kegiatan harusnya dilakukan oleh praktikan (perendaman dilakukan oleh co-ass), jadi praktikan dapat mengetahui ilmunya secara lengkap.
DAFTAR PUSTAKA
Coppeland, l. D. 1976. Principles Of Seed Science and Tecnology. Burgess Publ. Co. Minnesota
Justice, O. L dan L. N. Baas. 1979. Principle and Practices of Sud Stroge. Castle House Pulb/ Ltd great.
Saleh, M. S. 2004. Pematahan dormansi benih Aren secara fisik pada berbagai lama ektraksi buah. Agrosains 6(2): 89-95.
Seshu, D. V. 1986. Genetic Studies on Seed Dormancy in Rice Genetics. Procedding of The International Rice Genetics Symphosium. IRRI. Manila. Philippines.
Yeni. 2005. Teknik Pemurnian Benih Tanaman hortikultura. http://elisa.ugm.ac.id/files/yeni/IV_kemurnian benih.doc. Diakses tanggal 20 April 2007.
ACARA VI. STRUKTUR BIJI
A. Pendahuluan
1. Latar Belakang.
Biji merupakan suatu organisasi yang teratur, rapi dan mempunyai persediaan bahan makanan yang cukup untuk melindungi serta memperpanjang kehidupannya. Walaupun banyak hal yang terdapat pada biji, tetapi baik mengenai jumlah, bentuk maupun strukturnya, mempunyai satu fungsi dan tujuan yang sama yaitu untuk menjamin kelangsungan hidupnya.
Dalam ilmu botani, diketahui ada dua kelas tumbuhan berbiji yaitu Angiospermae dan Gymnospermae. Angiospermae sebagai kelas yang lebih tinggi terdiri dari Monokotiledon dan Dikotiledon. Setiap biji matang (mature seed) selalu terdiri dari dua bagian yaitu embrio dan kulit biji (seed coat atau testa).
Struktur biji pada padi terdiri dari lemma, palea, glumme, endosperm, embryo, embryonic axis. Struktur biji pada jagung terdiri dari seed coad/fruit coat, endosperm, scutellum, aleuron layer, coleoptil, plummule, seminal root, radiccel, coleorhizae, embryonic axis, embryo. Sedangkan pada kedelai terdiri dari seed coat, cotyledon, hillum, plumule, radiccle, embryonic axis, embryo. Pengetahuan tentang struktur biji akan memberikan pemahaman yang baik tentang perbedaan kedua struktur biji tersebut.
Struktur biji dikotil dan monokoti berbeda dan masing-masing memiliki fungsinya tersendiri. Perbedaan antara tumbuhan dikotil dengan tumbuhan monokotil, yaitu pada tumbuhan dikotil, bersama dengan kotiledon plumula tumbuh membesar dan memanjang muncul ke permukaan tanah mencapai cahaya matahari. Sedangkan pada tumbuhan monokotil plumula terlebih dahulu menembus koleoptil sebelum melanjutkan pertumbuhannya.
2. Tujuan Praktikum.
Tujuan dari praktikum acara Struktur Biji ini adalah untuk mengetahui struktur biji berbagai tanaman pangan, yang tergolong pada monokotil dan dikotil
B. Tinjauan Pustaka
Struktur biji yaitu terdiri dari embrio yang dibungkus oleh kulit biji yang disebut testa, Dalam biji tersimpan cadangan makanan atau endosperm, yang digunakan oleh tanaman untuk tumbuh dan berkembang, dan biji terbentuk dari ovula dewasa yang telah dibuahi. Bagian-bagian dari biji, yaitu; akar pertama yang disebut radikula, satu atau dua lembar daun embrio yang disebut kotiledon, daun pertama yang disebut plumula yang akan bercabang membentuk ranting, batang yang terletak di bagian bawah kotiledon disebut hipokotil, batang yang terletak di bagian atas kotiledon disebut epikotil (Suyanti, 2010).
Umumnya, strutur yang pertama kali keluar (protrudes) dari kulit biji pada proses perkecambahan adalah radicle (embryonic root), biasanya melalui “micropyle zone”, kemudian diikuti oleh keluarnya plumule. Tetapi pada beberapa spesies atau dalam keadaan tertentu untuk spesies yang sama, plumule keluar lebih dahulu daripada radicle. Pada beberapa jenis biji, daerah micropyle ini masih terlihat dengan nyata sewaktu biji telah masak, umpamanya kedele, beans. Pada tahap selanjutnya, radicle bertumbuh manjadi “primary root” (ditambah dengan root hair padanya) dari mana keluar “secondary roots” (lateral or radial root). Pada beberapa tanaman, seeperti jagung (corn), dalam waktu relative bersamaan, juga keluar “seminal roots” yang berasal dari “seminal root initial” yang terletak dalam embryonic axis. Pada monocots (seperti pada jagung) kemudian dibentuk “adventif roots” yang keluar dari “mesocotyl zone”, berasal dari pericycle akar adventif yang kemudian disebut akar serabut inilah yang mempertahankan kehidupan dan meneruskan pertumbuhan selanjutnya daripada bibit atau tanaman jagung (Kamil, 2002).
Sebagian atau seluruh funikulus lepas dari biji dan meninggalkan bekas yang disebut hilum. Pada biji anatrop, bagian funikulus yang melekat pada biji tetap bertahan dan dikenali sebagai alur memanjang atau rafe disatu sisi biji. Setelah pembuahan, bagian ujung distal dari funikulus dapat tumbuh menghasilkan tonjolan, disebut aril, yang tumbuh menyelubungi biji. Diperkirakan aril merupakan alat adaptasi untuk penyebaran oleh hewan. Kadang-kadang tonjolan itu tumbuh tidak diujung funikulus, melainkan disalah satu tempat lain pada biji. Struktur seperti ini disebut ariloid. Selain itu, ada struktur serupa sumbat yang dibentuk di daerah mikropil yang sewaktu perkecambahan akan lepas dengan batas pelepasan yang bundar. Alat ini disebut operculum (Suharto, 2003).
Biji berkembang dari bakal biji. Dalambiji dewasa dapat dibedakan bagian-bagian berikut: kulit biji, biasa disebut testa yang berkembang dari satu atau dua integument; endosperm, yang ada dalam jumlah sedikit atau banyak; embrio yang merupakan sporofit muda yang berkembang sebagian. Pada beberapa biji, endospermnya sama sekali tidak ada, dan biji semacam ini, juga mengandung sedikit sekali endosperm, dinamakan biji eksalbumin. Pada biji beberapa tumbuhan, umpamanya beberapa spesies Citrus, embrionya mempunyai kloroplas dan berwarna hijau. Pada biji tumbuhan tertentu, misalnya Beta, jaringan nuselus tetap dan volumenya bertambah untuk membentuk perisperm. Beberapa cirri dapat dibedakan di bagian luar biji. Mikropil dapat lenyap sama sekali atau dapat tetap ada sebagai pori yang nyata. Ditempat melekat biji itu pada funikulus terdapat parut, dinamai hillum. Air dapat merembes dengan mudah melalui hillum (Boesewinkel, 1978).
Kulit biji berbeda-beda strukturnya sehubungan dengan sifat khas biji, seperti jumlah dan tebal integument, pola jaringan pembuluh, serta parubahan dalam integument sewaktu biji menjadi masak. Seiring dengan perkembangan biji, sel parenkim dibawahnya yang terdiri atas bagian luar dan bagian dalam, serta epidermis dalam yang mengandung pigmen. Seiring dengan perkembangan biji, sel parenkim bagian luar bertambah jumlahnya serta terbentuk penebalan pada dinding tangensial dalam dan di dasar dinding radial dari sel epidermis luar. Di saat biji masak, sel epidermis luar tampak memanjang kea rah radial dan penebalan dinding dalam arah panjang sel terlihat pada semua sudut sel. Pada biji masak yang tinggal hanyalah remukan dinding yang membentuk selaput homogeny. Epidermis dalam yang berisi pigmen tetap bertahan dan membentuk tepi dalam darii testa. Beberapa Angiospermae memiliki struktur tambahan yang banyak mengandung air. Pada Gyymnospermae adanya kulit biji yang berdaging sudah umum dijumpai. Selain berfungsi melindungi, beberapa macan kulit biji tampaknya mengendalikan parkecambahan. Hal itu mungkin didasari oleh sifat impermeabel kulit biji terhadap air, oksigen, atau terhadap keduanya, Efek ini mungkin disebabkan lapisan kutikula dan penyebarannya (Siregar, 2005).
C. Metode Praktikum
1. Waktu dan Tempat Praktikum
Praktikum acara Struktur Biji ini dilaksanakan pada hari Selasa tanggal 27 April 2010 pukul 13.00-15.00 WIB bertempat di Laboratorium Ekologi dan Manajemen Produksi Tanaman Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta.
2. Alat dan Bahan
a. Alat
1) Pisau/silet
2) Kaca pembesar
3) Seedbed
4) Buku gambar dan alat tulis
b. Bahan
1) Benih Padi (Oryza sativa) dan jagung (Zea mays)
2) Benih Kedelai (Glysine max)
3) Air
3. Cara Kerja
a. Merendam benih yang telah dipersiapkan dalam air dingin selama 2 jam.
b. Menggambar struktur luar biji tersebut.
c. Memotong benih secar vertical/membujur dan secara horizontal/melintang untuk semua benih.
d. Menggambar benih yang dipotong tersebut dan lengkapi dengan bagian-bagiannya.
D. Hasil dan Pembahasan
a. Hasil
Pengamatan terhadap struktur luar biji
Keterangan :
1. Seed coat
2. Kulit biji
Gambar 5.1 Struktur luar biji Padi
Keterangan :
1. Embrio
2. Embrionic Axis
3. Kotiledon
4. Aleuron layer
5. Endosperm
6. Seed coat (testa)
Gambar 5.2 Struktur luar biji Jagung
Keterangan :
1. Seed coat (testa)
2. Embrio
3. Endosperm
Gambar 5.3 Struktur luar biji Kedelai
Pengamatan terhadap Penampang Melintang dan Membujur Struktur Biji.
1. Penampang Melintang Struktur Biji
Keterangan :
1. Seed coad (testa)
2. Endosperm
3. Embryonic axis
Gambar 5.4 Penampang Melintang biji Padi
Keterangan :
1. Embrio
2. Seed coat (testa)
3. Endosperm
4. Aleuron layer
5. Kotiledon
6. Embryonic axis
Gambar 5.5 Penampang Melintang biji Jagung
Keterangan :
1. Seed coat
2. Cotyledone
3. Embrio
Gambar 5.6 Penampang Melintang biji Kedelai
2. Penampang Membujur Struktur Biji
Keterangan :
1. Seed coat (testa)
2. Endosperm
Gambar 5.7 Penampang Membujur biji Padi
Keterangan :
1. Aleuron layer
2. Seed coat (fruit coat/testa)
3. Endosperm
4. Aleurone
5. Scutellum (cotyledone)
6. Plumula (epicotil)
7. Radicle (hypocotyl)
8. Embrio
9. Embryonic axis
Gambar 5.8 Penampang Membujur biji Jagung
Keterangan :
1. Seed coat
2. Plumule (epicotyl)
3. Radicle (hypocotyl)
4. Cotyledone
5. Hilum
6. Embryonic axis
7. Embrio
Gambar 5.9 Penampang Membujur biji Kedelai
b. Pembahasan
Praktikum kali ini adalah mengamati struktur biji padi (Oryza sativa), biji jagung (Zea mays), dan biji kedelai (Glycine max). tujuan dari praktikum adalah untuk mengeahui sruktur biji monokotil dan dikotil. Dengan mengetahui srtuktur biji maka diketahui juga bagian-bagiannya sehingga pengetahuan mengenai bagian yang dapat dimanfaatkan baik untuk tujuam konsumsi maupun agronomis dapat diketahui.
Struktur biji pada padi terdiri dari lemma, palea, glumme, endosperm, embryo, embryonic axis. Struktur biji pada jagung terdiri dari seed coad/fruit coat, endosperm, scutellum, aleuron layer, coleoptil, plummule, seminal root, radiccel, coleorhizae, embryonic axis, embryo. Sedangkan pada kedelai terdiri dari seed coat, cotyledon, hillum, plumule, radiccle, embryonic axis, embryo. Pengetahuan tentang struktur biji akan memberikan pemahaman yang baik tentang perbedaan kedua struktur biji tersebut.
Endosperm adalah hasil fusi dari 1 inti jantan generatif dan dan 2 inti polar. Endosperm berfungsi sebagai cadangan makanan pada bijii. Selama perkembangan biji, endosperm mengelilingi embrio dan mungkintetap sebagai satu jaringan yang relative luas sampai bijicukup berkembang baik
Embrio merupakan hasil pembuahan oosphere (ovum) olleh satu inti jantan generatif. Embrio terdiri dari embryonic axis yang dikelilingi oleh satu atau lebih kotyledone. Embryonic axis disusun oleh hipokotil dimana disana menempel kotiledon, radicle, dan plumula. Bagian ini umumnya mudah untuk dikenali dalam satu embrio dikotil tetapi sulit untuk diidentifikasi dalam banyak spesies monokotil. Satu kotiledon pada embrio ini diperluas menjadi haustorial seeperti scutellum. Bagian basal lapisan kotiledon diperpanjang ke dalam koleoptil dan hipokotil mengalami modifikasi, dalam beberapa spasies bagiannya ke dalam mesokotil. Koleorhiza merupakan dasar hipokotil yang menyelimuti endogenous radicle.
Testa merupakan hasil dari pembuahan salah satu atau kedua integument. Seed coat atau testa umumnya satu kulit keras. Satu lapisan luar tipis testa dibentuk dari integumen luar. Bagian penting yang ditunjukkan oleh adanya testa adalah berapa derajat empermeabilitasnya terhadap air dan atau gas termasuk oksigen. Sehingga itu dapat memberikan konsekuensi satu pengaruh pengaturan terhadap metabolisme dan pertumbuhan jaringan luar dan organ biji.
Perbedaan antara tumbuhan dikotil dengan tumbuhan monokotil, yaitu pada tumbuhan dikotil, bersama dengan kotiledon plumula tumbuh membesar dan memanjang muncul ke permukaan tanah mencapai cahaya matahari. Sedangkan pada tumbuhan monokotil plumula terlebih dahulu menembus koleoptil sebelum melanjutkan pertumbuhannya.
Kesimpulan dan Saran
c. Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dari praktikum Struktur Biji antara lain :
1) Struktur biji yang terdapat pada berbagai macam biji memiliki susunan struktur yang berbeda-beda.
2) Biji pada umumnya terdiri dari embrio yang dibungkus oleh kulit biji yang disebut testa. Di dalam biji tersimpan cadangan makanan yang tersimpan dalam lapisan endosperm, yang digunakan oleh tanaman untuk menduukung tumbuh dan berkembangnya tanaman.
d. Saran
1) Praktikum cukup berjalan dengan lancar, akan tetapi terdapat sedikit kendala peralatan. Jadi harus di perlengkap lagi peralatan yang ada.
DAFTAR PUSTAKA
Boesewinkel, F. D. 1978. Development of Ovule and Testa in Rutaceae. III. Some Representatives of the Aurantioideae. Acta Bot. Neerl. 27: 341-367.
Kamil,J. 2002. Teknologi Benih. Angkasa. Bandung
Siregar, A. Z. 2005. Comparative Anatomy and Morphology of Embryos and Seedlings of Maize, Oats, and Wheat. Jurnal Kultura.Vol. 40 (No.2). Hal: 77-83.
Suharto, E. 2003. Struktur Biji, Sifat Fisik Biji, dan Karakteristik Benih Kemiri (Aleurrites molluccana) Provenan Karang Dapo. Jurnal Akta Agrosia. Vol. 6 (No.1). Hal:23-29.
Suyanti, Herfen. 2010. Tumbuhan Berbiji (Seed Plants). http://prestasiherfen.blogspot.com. Diakses pada tanggal 29 April pukul 13.17 WIB. Surakarta.
LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI BENIH
Disusun oleh:
Nama :Ferdian Adi Aris T
Nim : H0708099
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2010
Tidak ada komentar:
Posting Komentar